Selasa, 15 Maret 2011

Saat Itu....

Di tengah malam buta, di tengah laut, seseorang terkatung-katung, cuma bertopangkan sebongkah puing. Kapalnya karam akibat badai. Dari semua penumpang dan awak, tinggal dia sendiri yang hidup. Daratan tak terlihat, arah tak diketahui sama sekali. Ia sudah berteriak-teriak, tapi tak ada yang mendengarnya. Ia juga sudah berdoa, tapi Tuhan seakan tak mampu (atau tak mau?) turun tangan. Saat itu....

Di tempat lain, pada waktu bersamaan, seorang lain terkapar di pinggir jalan sepi. Sebelumnya, ia mengendarai motor sendirian, lari dari kesedihan luar biasa. Orangtua dan saudara-saudaranya tidak menganggapnya lagi. Isterinya pergi dari rumah, membawa anak-anak juga. Semua karena dia tiba-tiba jatuh miskin, habis-habisan ditipu para sahabatnya sendiri dalam bisnis. Tapi bukannya kelegaan, malah segerombolan penjahat yang menjumpainya, menghajarinya secara sangat keji, dan menjarah semua uang, harta, berikut motornya. Tak sanggup dia berteriak sebab pita suaranya terputus. Di situ tak ada satu pun rumah, yang lewat pun tak ada. Yang mampu ia lakukan hanyalah berdoa dalam hati. Tapi waktu seolah lewat tanpa tanda akan hadirnya bantuan Tuhan. Saat itu....

Di belahan bumi lain, saat matahari bersinar terik, di puncak pegunungan tandus, terdapat reruntuhan bangunan batu. Di bawahnya ada seseorang terjebak. Dialah yang mendirikan bangunan itu. Namun, sebelum rampung, bangunan itu mendadak roboh, menimpa dirinya. Ia masih tersadar, hingga rasa sakit yang hebat harus dirasakannya. Siksaan bertambah dengan rasa sesal yang teramat sangat akan ambisinya yang kelewat sombong dan sikap tidak mau pedulinya akan orang lain dan bahkan kepada Tuhan, yang mendorongnya membangun istana mewah itu demi kebanggaannya sendiri. Ia amat malu memohon pertolongan Tuhan. Namun hatinya tak urung membisikkan doa juga minta belas kasihan Tuhan. Tapi, tidak juga kunjung ada tanda-tanda uluran tangan. “Ternyata,” ia meratap, “Tuhan memang sudah membenciku”. Saat itu....

Barangkali, Anda sedang berada dalam keadaan yang serupa dengan salah satu, atau dua, atau malah tiga-tiganya, dari kasus di atas. Engkau dicekam ketakutan karena ketidakpastian masa depan, penderitaan tanpa ujung, atau cengkeraman penyakit yang tak sembuh-sembuh. Atau dikhianati orang terdekat, dikecewakan orang yang sangat dipercayai, sakit hati pada pemimpin agama, ditinggalkan semua orang bahkan oleh para kekasih dan keluarga sendiri, tiba-tiba bangkrut atau di-PHK dan jatuh miskin, diperlakukan jahat tanpa alasan yang jelas. Atau merasakan penyesalan yang dalam, hidup yang hancur total akibat dosa, dan amat terjepit oleh keadaan buruk yang Anda buat sendiri.

Dan Tuhan seakan ikut kewalahan atau malah memusuhimu.

Ya, situasi memang bisa sefatal itu. Ya, semuanya bisa memberi kesan bahwa Tuhan sudah tidak mampu menolong atau tidak peduli. Tapi, apakah betul-betul seperti itu? Benarkah harapan sudah tiada?

Tidak! Mengapa? Pertama, karena cerita belum berakhir. Anda masih hidup sehingga dapat membaca tulisan ini, bukan? Kedua, karena ciri khas Tuhan itu adalah mahatahu dan mahakuasa. Dan, yang lebih penting: Ia mahakasih. Sebab itu, tidak peduli bagaimana pun keadaan kita dan apa pun kesan yang kita rasakan, Tuhan tahu penderitaan kita, dan Ia sanggup serta bersedia menolong.

Pertanyaannya, bagaimana mendapatkan pertolongan Tuhan? Hanya satu jawabannya: Tuhan Yesus Kristus! Dia adalah Tuhan yang menjadi manusia. Dia pernah menderita luar biasa, sangat ketakutan, berada dalam ketidakjelasan, dikhianati, ditinggalkan, dipermalukan, sangat sendirian, terluka badan dan hati, sekarat. Semua itu dialami-Nya di salib. Bahkan di salib itu Ia berlumuran dosa, sebab seluruh dosa umat-Nya di seluruh dunia ditimpakan kepada-Nya. Ia menanggung hukuman atas dosa-dosa yang Ia sendiri tidak perbuat karena begitu besar rasa cinta-Nya pada kita. Siapa pun yang mengimani bahwa Yesus Kristus-lah Tuhan serta menyerahkan hidup dan diri kepada-Nya akan diselamatkan dari dosa, karena biang keladi seluruh permasalahan kita adalah dosa. Harapan dan pertolongan hanya ada dalam Kristus. Dan pada kehidupan yang akan datang, kita akan hidup kekal bersama-Nya, bebas dari segala dosa dan penderitaan. Tapi orang-orang yang sampai mati tidak menerima-Nya, di dunia yang akan datang nanti akan mengalami siksaan kekal selamanya! Betapa mengerikannya kalau sewaktu di dunia ini saja kita sudah sangat menderita, di dunia kekal nanti malah tambah menderita lagi, selamanya!

Saudaraku, sebelum semuanya terlambat pada saat Anda meninggal, jika Anda belum percaya kepada Yesus Kristus, bertobatlah dari semua dosamu, dan percayailah Dia! Terimalah Ia sebagai Allah-mu yang menanggung dosamu. Dan jika Anda adalah seorang Kristen yang sudah pahit hati, begitu jauh dari Tuhan, tenggelam dalam keputusasaan dan dosa, ingatlah lagi akan cinta-Nya dan pada apa yang telah dilakukan-Nya bagimu di salib, mari kembali kepada-Nya dan bertobat! Berserulah dari hati yang terdalam: “Tuhan Yesus, kasihanilah saya! Tolong ampuni semua dosaku, selamatkanlah saya, dan jadikan hidupku baru kembali. Saya mau hidup taat hanya kepada-Mu saja, Tuhan dan Allah-ku.”

Maka, Anda akan dapat mengakhiri kalimat penderitaanmu menjadi: “Saat itu, Allah dalam Tuhan Yesus Kristus-lah satu-satunya harapan, pertolongan, damai sejahtera, sukacita, dan kehidupanku!”

(Artikel ini dimuat dalam majalah triwulanan GII Hok Im Tong, Buletin Parousia, edisi ke-25, Februari 2011, dalam rubrik "Jalan Keselamatan", dengan isi yang sudah diedit)