Minggu, 30 Juni 2013

Motivator dan Pembicara Umum, Itulah Aku!

Selain sebagai penulis, sebagaimana yang saya tulis dalam artikel sebelum ini, saya juga punya passion sebagai motivator dan pembicara umum (public speaker).

Apa??!! Si pertapa antisosial itu kepingin jadi motivator?! Public speaker pula??!! Orang-orang yang sangat mengenal saya atau yang sudah membaca tulisan saya sebelumnya itu pasti akan terkaget-kaget dan berkata seperti itu.

Tidak mengapa. Semua orang boleh menilai kalau passion saya itu sama sekali nggak nyambung dengan pembawaan dan tabiat saya. Tapi itulah kenyataannya.

Barangkali, orang-orang berkata yang senada juga terhadap Vernon. Mungkin, ketika pria yang bekerja sebagai asisten dari Tiesto, Superstar-DJ yang hebat itu, menceritakan passion-nya untuk bisa menjadi DJ hebat sama seperti bosnya, banyak teman dan orang-orang lain yang mendengarnya yang tertawa mengejek. Bahkan mengecam. Dan memang itu sudah terjadi. Dalam video advertorial Acer Aspire P3 Hybrid Ultrabook (dapat ditonton di Youtube: http://www.youtube.com/watch?v=7zK-E9th8uQ), atasan Vernon yang lain, seorang wanita yang sepertinya adalah pengelola event organizer, dengan tajam dan pedas berkata kepadanya: “Vernon!! Quit dreaming! Start working!”, manakala asisten Tiesto itu sedang mencoba setting-an musik ala DJ-nya yang terdapat di dalam Acer Aspire P3-nya, dan memainkan musiknya keras-keras pada arena yang nantinya akan dipakai untuk pertunjukan Tiesto.

Tapi, orang tahu apa?! Betul, saya ini penyendiri, penyepi, penggemar keheningan, dan penggila konsentrasi tinggi. Namun, saya sama sekali bukanlah seorang antisosial! Saya banyak mengerti dan memahami seluk-beluk manusia dan kehidupan. Bukan cuma secara teori, sebagaimana yang tertulis dalam buku-buku teks mahasiswa Psikologi. Akan tetapi juga secara realita.

Saya juga sebenarnya berbakat sebagai konselor. Entah kenapa, biarpun semua teman tahu saya ini pendiam dan tidak pernah bergabung di satu gengpun, tapi mereka selalu mencari saya bilamana punya persoalan. Apapun itu. Siapapun dia. Bukan hanya teman, kakak-kakak, dan kerabat dekat saja, tapi semua orang yang kenal dengan saya, entah kenal dekat ataukah kenal sepintas. Menurut beberapa dari mereka, ada dorongan yang mereka sendiri tidak mengerti, yaitu dorongan untuk menceritakan masalah mereka kepada saya, berat maupun ringan masalah tersebut. Dan mereka juga merasakan rasa nyaman yang sama sulit dimengertinya tiap kali curhat dengan saya. Pula, mereka mengalami kelegaan yang juga nyaris mustahil dimengerti saban kali saya keluarkan kata-kata, apakah itu sekadar komentar, ataukah berupa kata-kata peneguhan hati, nasehat, penghiburan, dan lain sebagainya.

Kemudian, ketika saya menuliskan tulisan-tulisan yang sifatnya opinis-argumentatif, banyak sekali orang yang berkomentar bahwa mereka mendapat banyak pencerahan dari tulisan saya. Apalagi kalau tulisan itu bersifat memotivasi, menginspirasi, atau yang sejenis itu.

Akan tetapi, bukan hanya dalam media tulisan. Dalam media lisan pun saya mendapati diri cukup piawai dalam memotivasi, menginspirasi, dan menguatkan semangat. Biarpun saya pendiam dan bahkan sebetulnya secara fisik-audio kurang layak berbicara di muka umum, berhubung saya ini cedal dan juga suara saya terdengar seperti serak dan tertahan di leher sehingga tidak keluar di mulut, namun saya sangat handal dalam berdebat, beradu argumentasi, memberikan penjelasan, mendeskripsikan, mengilustrasikan, memberi pengajaran dan pemahaman, serta bahkan berpidato dan berkhotbah.

Passion saya sebagai motivator-konselor dan pembicara umum ini memang baru beberapa tahun terakhir ini saja saya punyai. Berbeda dengan hasrat terpendam di bidang sastra dan tulis-menulis. Itu karena kesadaran saya akan hal itu memang baru muncul ke permukaan beberapa tahun belakangan.

Banyak sekali pola hidup, paradigma, pola pikir, dan cara pandang di dunia ini yang saya dapati salah. Terutama di negeri kita tercinta, Indonesia, ini. Dan kebanyakan, kesalahan-kesalahan tersebut diikuti juga dengan permasalahan, kesulitan, dan bahkan penderitaan, yang, sedihnya, justru tidak disadari oleh para pelakunya sendiri dan oleh hampir semua orang. Saya mengenali kesalahan-kesalahan tersebut, sehingga pada saat yang sama, saya juga mengenali apa yang seharusnya berlaku dan kebenaran apa yang semestinya dianut sebagai pola hidup, paradigma, dan cara pandang manusia. Saya dapat mempertahankan apa yang saya pegang tersebut. Saya mampu mengemukakan argumentasi yang takkan dapat terbantahkan oleh siapapun mengenai kebenaran itu. Dan pada waktu bersamaan, saya juga sangat rindu menyebarluaskannya agar semua orang tahu, dan saya pun sanggup mengajarkannya hingga semua mengerti dan memahami kebenaran. Untuk itu dan semenjak itulah saya tersadar dan termotivasi untuk menjadi motivator dan public speaker (bila berhadapan dengan orang banyak maupun secara pribadi dengan satu orang) yang sekaligus merupakan konselor (bila secara khusus menghadapi hanya satu orang saja secara pribadi).

Dan saya yakin, saya akan sukses, dalam arti: akan banyak orang yang berubah hidupnya setelah menerima pemaparan saran, motivasi, pengajaran hikmat, dan nasehat dari saya.

Tapi itu tidak mudah. Saya butuh perjuangan dan kerja keras yang luar biasa. Saya juga harus berdedikasi tinggi dan memiliki tekad yang tak terpatahkan. Saya membutuhkan semua itu sebagai alat dan sarana latihan. Dan, selain itu, saya juga jelas memerlukan dukungan teknologi bagi pelatihan saya sekarang dan pekerjaan saya nanti.

Pasalnya, saya membutuhkan banyak sekali informasi teraktual. Dan saya harus meng-update semua itu setiap hari, sebab, semuanya itulah bahan yang menjadi bekal bagi saya supaya isi pembicaraan dan tulisan saya selalu nyambung dengan peradaban dan zaman, sembari tetap menjaga diri untuk tetap tidak terkontaminasi oleh paham-paham yang kian menyimpang dari kebenaran dan makin menyesatkan pola pikir kita ke arah yang lebih ngawur lagi. Untuk mendapatkan semua itu, tidak bisa lagi saya hanya mengandalkan informasi dari sumber-sumber pers saja, baik dari media cetak maupun media elektronik audio-visual. Saya butuh informasi dan data dari sumber-sumber lain via internet. Namun, bagaimana saya bisa mengakses semua itu dengan cepat bila saya tidak dilengkapi dengan perangkat/gadget yang memang mendukung teknologi komunikasi-informasi termutakhir?

Agaknya, apa yang dimiliki Vernon harus juga saya miliki. Acer Aspire P3 Hybrid Ultrabook! Ya, ultrabook yang ringan, tablet yang sekaligus juga menjadi laptop...! Memang ideal...!

Untuk kebutuhan public speaking pun Acer Aspire P3 dapat diandalkan. Terutama ketika saya harus mempresentasikan bahan pembicaraan saya secara multimedia. Pembuatan desain ilustrasi dan penyinkronannya dengan sistem audio pun akan menjadi sangat ideal. Karena, orang akan bisa jauh lebih diyakinkan bilamana diiringi dengan persuasi pada otak kanan mereka lewat media gambar dan musik.

Kalau sudah begitu, saya hanya berdoa, kiranya karunia yang dianugerahkan dan misi yang diembankan kepada saya melalui passion ini dapat berbuah manis. Semanis kebenaran dan keadilan demi kesejahteraan umat manusia...!

My Hidden Passion: Be A Great Writter!

Ketika ulangan umum, ujian semester, ujian kelulusan, atau ujian nasional mata pelajaran Bahasa Indonesia tiba, selalu di bagian terakhir soal, kami mendapati instruksi untuk mengarang. Sejak SD sampai SMA, saya menjumpai hal yang sama. Dan setiap kali pula saya merasa bergairah dan berbahagia. Bahkan, saking sudah rutinnya, sebelum hari-H ulangan Bahasa Indonesia tiba pun saya sudah merasa excited, karena sudah tahu, sudah pasti bakal ada mengarang.

Dan bukan cuma pada saat-saat itu saja. Sekolah tempat saya menimba ilmu dari SD hingga SMA adalah sekolah yang sama, berada di bawah naungan yayasan yang sama. Jadi, metode penyampaian pelajaran oleh para gurunya pun secara garis besar sama. Dan salah satu kesamaan itu adalah adanya jam pelajaran terpisah antara Bahasa Indonesia dengan Mengarang, walaupun sebetulnya Mengarang termasuk bagian dari mata pelajaran atau bidang studi Bahasa Indonesia sehingga nilainya pun diintegrasikan dengan nilai yang didapat dari Bahasa Indonesia. Namun, karena pengaturannya begitu, maka Mengarang pun ada ulangan hariannya sendiri, ada tugas harian dan pekerjaan rumah (PR) sendiri. Artinya, saya dan teman-teman kerap menjumpai ulangan dan tugas mengarang, belum lagi ulangan dan tugas menulis cerpen dan puisi yang diberikan oleh guru Bahasa Indonesia juga.

Dan setiap kali menjumpai tugas dan ulangan mengarang, menulis puisi dan puisi, ataupun yang seperti itu, yang bersifat dan bernuansa tulis-menulis, saya selalu gembira!

Kegembiraan itu tentu bukannya tanpa alasan. Pertama, saya berkepribadian introvert, penyendiri, senang kesunyian, tidak suka keramaian, dan cenderung sulit mengekspresikan isi hati secara lisan dan gestur. Kedua, saat saya menulis, saya menemukan jiwa saya, sebab dengan menulis, saya jadi bisa dengan bebas melepaskan semua ekspresi pikiran, pemikiran, perasaan, emosi, ambisi, cita-cita, harapan, dan apa saja yang lain yang ada dalam jiwa. Karena terpapar dan tertumpah luas dan banyak sekali dalam tulisan, maka jelas saja saya sendiri jadi dapat melihat sendiri apa sebenarnya yang ada sebagai pengisi jiwa saya. Bahkan, saya bisa pula mengenali bentuk jiwa saya.

Dan bentuk itu adalah bentuk seorang penulis!

Karena itu, selama masa-masa sekolah itu, saya selalu menjadi murid yang memegang rekor tulisan karangan terpanjang dalam sejarah sekolah kami. Sebelum saya, belum pernah ada murid yang mampu menulis karangan sepanjang saya dalam ulangan-ulangan Bahasa Indonesia, baik ulangan reguler, ulangan umum, ujian semesteran, ujian akhir kelulusan, maupun ujian nasional (dulu, waktu zaman saya, namanya masih EBTANAS = Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional). Entah di tahun-tahun sesudah saya, saya belum pernah mengeceknya. Yang sampai sekarang saya belum mengerti juga, bagaimana saya bisa melakukan itu? Dari mana saya mendapat energi untuk menulis sepanjang itu dalam waktu yang relatif sangat singkat? Dari mana saya memperoleh ide-idenya, apalagi dalam waktu sesingkat itu, mengingat tidak satupun karangan saya yang kontennya tidak berbobot alias asal ngecap? Bagaimana saya bisa menulis secepat itu (ingat, ulangan itu dikerjakan dengan tangan lho, menulis dengan tulisan tangan, bukan dengan mesin tik, bukan pula dengan komputer, apalagi laptop karena waktu itu belum ada, malahan komputer PC pun masih terhitung barang mewah!)?...

Kesadaran akan jiwa kepenulisan saya, yang dibuktikan dari hasrat besar dan bakat mumpuni dalam bidang tulis-menulis, itu semakin diperkuat sewaktu saya mendapati fakta lain. Saya mendapati diri saya ini juga amat sangat mencintai penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar berdasarkan ejaan yang disempurnakan (EYD), baik secara lisan maupun (dan apalagi) dalam tulisan. Saya selalu jengkel tiap kali mendapati orang tidak korek dalam berbahasa Indonesia, terutama pada tulisan. Sensitif sekali saya dalam hal itu, seperti hidung anjing. Kalau baca buku, atau majalah, atau koran, atau apapun bacaan itu, tanpa sengaja mencari-cari pun mata saya pasti tersandung pada kesalahan ejaan atau jenis-jenis kesalahan berbahasa lainnya. Saya toleran terhadap kesalahan penulisan yang disebabkan oleh selip jari, yang berakibat kesalahan ketik atau tulis. Itu bukanlah kesengajaan, sesuatu yang berada di luar niat. Tapi kalau menyangkut kesalahan-kesalahan dalam hal ejaan, bentuk kalimat, penempatan tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan sebagainya yang berkaitan dengan persoalan tatabahasa semacam itu, saya kesulitan menolerir. Saya tidak bisa terima kalau mendapati orang Indonesia, apalagi seorang pemimpin atau seorang yang mengaku cinta Indonesia, yang tidak mau-mau juga belajar dan melatih diri berbahasa Indonesia secara baik dan benar.

Dan masalah kian melebar seiring tahun. Bukan hanya terhadap bahasa Indonesia saja saya begitu. Setelah menguasai bahasa Inggris pun saya menuntut kesempurnaan yang serupa. Dari orang lain iya, dari diri saya sendiri apalagi!

Jangan salah sangka! Saya juga tidak begitu suka kalau orang terlalu baku dan kaku dalam berbahasa. Saya pun tidak nyaman mendengar dan berada di dekat-dekat orang yang gaya bicara dan bahasanya normatif-formal. Saya pun tidak akan mau membaca tulisan-tulisan yang terlampau berbunga-bunga bahasanya, terkesan dibikin-bikin dan lebay, khususnya kalau tulisan itu secara mencolok sekali terkesan sengaja di-teknis-teknis-kan, di-ilmiah-ilmiah-kan, dengan kalimat-kalimat yang ngejlimet tapi tidak jelas maksud dan poinnya.

Pembawaan saya itu menyadarkan saya lebih jauh bahwa saya memang terlahir dan ditempatkan di dunia ini untuk menjadi penulis.

Akan tetapi, sayang, selama bertahun-tahun saya melupakannya...!

Selepas sekolah, memasuki masa kuliah, saya mulai menghadapi kerasnya kehidupan dan dunia nyata. Banyak hal yang memikat saya, sehingga fokus saya akan jatidiri kian tersimpang jauh. Banyak kesulitan dan masalah yang saya hadapi, yang berimbas pada semakin bertumbuhnya dorongan dalam diri saya untuk menjalani hidup secara praktis saja, mengerjakan apapun demi uang dan terpenuhinya kebutuhan (atau sebetulnya: keinginan?), sehingga membawa saya kian jauh dari jalan hidup saya yang seharusnya.

Hingga beberapa tahun yang lalu....

Karena beberapa alasan, yang tidak bisa saya sampaikan kepada orang lain karena terlalu bersifat pribadi dan karena saya ingin menyimpannya untuk diri sendiri saja, akhirnya saya tersadar, lalu memaksa diri kembali ke jalan saya sendiri, jalan yang sudah ditetapkan untuk saya seorang saja. Sejak hari penyadaran itu sampai sekarang, saya merintis kehidupan dan karier sebagai penulis. Dan bukan sekadar penulis biasa-biasa.

Seorang yang mempunyai dan ditempatkan dalam jalan hidup sebagai penulis sudah pasti adalah juga seorang kutu buku yang tidak kenyang-kenyang dan takkan pernah puas. Demikian juga saya. Dan saya tumbuh, berkembang, dan besar dengan buku-buku dan bacaan-bacaan berat yang ditulis oleh berbagai pengarang dari Indonesia dan seluruh dunia. Terutama karya-karya sastra, filsafat, dan teologi. Bukan cuma mendapati kenyataan bahwa saya menyukai penulis-penulis dan tulisan-tulisan yang demikian, namun saya juga jadi menyadari bahwa saya sangat terdorong dan termotivasi untuk menjadi orang yang sedemikian dengan tulisan-tulisan yang sedemikian pula!

Ya! Saya ingin menjadi penulis besar berkaliber dunia, dengan karya-karya yang monumental dan takkan lekang oleh masa juga, pastinya...!

Orang yang mendengar atau membaca klaim saya ini kemungkinan besar akan banyak yang mencibir. Saya maklum, ada beberapa alasan untuk itu. Tapi, yang paling kuat adalah alasan yang satu ini, alasan klasik yang berbunyi: “Kamu itu orang Indonesia! Jangan mimpilah untuk bisa bersaing dengan orang-orang luar, apalagi yang berasal dari dunia Barat! Kamu, mau jadi penulis terkenal dunia?! Ngaca dong, orang Indonesia!! Kita itu inferior! Kita tidak selevel dengan orang-orang dari negara-negara lain! Mereka itu hebat-hebat! Yaaa, mungkin ada jugalah satu-dua orang Indonesia seperti Pramoedya Ananta Toer yang bisa menembus dunia mereka. Dan mungkin juga Bung Karno. Tapi itu Pak Pram, Pak! Itu Bung Karno, Bung! Kamu siapa?!”

Saya tidak peduli! Apa bedanya orang Indonesia dengan orang-orang lain di seluruh dunia? Kita semua sama-sama manusia, toh?! Yang membedakan hanyalah tempat tinggal, bahasa, warna kulit, dan apapun yang bersifat fisik saja. Tapi tidak dalam hal harkat, martabat, dan kemampuan mental! Yang menahan kita dari kesamaan dengan orang-orang luar negeri adalah pemikiran kita sendiri! Selain itu, tidak ada!!

Itu sudah dibuktikan oleh Vernon. Dia adalah asisten Tiesto, Superstar-DJ yang terkenal sebagai DJ nomor 1 di dunia. Tapi, dalam video advertorial Acer Aspire-P3 Hybrid Ultrabook (dapat dilihat di link Youtube ini: http://www.youtube.com/watch?v=7zK-E9th8uQ), sang asisten sama sekali tidak terlihat minder. Dia malah pe-de (percaya diri) sekali merancang musik-musik pada komputer ultrabook Acer Aspire-P3 Hybrid miliknya, layaknya DJ sebagaimana bosnya sendiri, lalu, pada saat rehearsal, memutarnya di DJ-table yang nantinya akan digunakan Tiesto untuk show spektakulernya. Terlihat sekali, passion Vernon juga begitu besar dalam dunia yang digeluti Tiesto, barangkali sama besarnya dengan passion sang atasan sendiri. Dan hasrat dan gairah Vernon itu akhirnya menemukan momennya yang tepat.

Ketika Tiesto terjebak di dalam bola raksasa plastik, yang semula sebenarnya dimaksudkan sebagai atraksi tambahan, sang Super-DJ secara kilat memberi instruksi lewat wireless radio-communication kepada Vernon supaya menolongnya. Vernon mengartikannya sebagai perintah untuk mengambilalih meja DJ. Dan diapun dengan cekatan menyiapkan Acer Aspire-P3-nya, memasang set yang sudah dirancangnya, kemudian bertindak sebagai DJ. Dan sukses! Musik dan atraksinya justru sedikit lebih hebat menggairahkan floor daripada Tiesto sendiri! Dan saat kemudian Tiesto kembali, dengan isyarat tangan, sang DJ mengajak floor menyambut Vernon. Dan mereka berdua pun harmonis sekali sebagai Duo-DJ!

Apa yang dibuktikan oleh Vernon dalam video tersebut adalah bahwa passion kita yang tersembunyi seharusnya tidak boleh dibiarkan terus tersembunyi. Karena hal itu ibarat menyimpan api dalam lipatan baju. Kita sendiri akan terbakar dan mati kalau terus berbuat itu. Passion itu wajib kita ekspresikan. Tidak usah pedulikan pendapat orang. Jikalau dalam hati, kita dibekali passion akan suatu bidang, itu berarti kita juga dibekali dengan bakat dan kemampuan yang mumpuni untuk bidang tersebut.

Tapi itu tidak instan! Kita semua tahu, kerja keras, dedikasi, determinasi, dan fokus kita harus benar-benar tinggi, berkualitas, dan teruji. Semakin hebat semua itu diuji, semakin keras kita harus berjuang untuk meraihnya, semakin berat tantangan dan rintangan yang kita hadapi, maka pasti akan semakin hebat pula mutu kita asal saja kita terus tekun dan membuang jauh-jauh kata menyerah dari perbendaharaan pikiran kita.

Namun, bukan cuma itu saja. Kita pun perlu menguasai teknologi mutakhir, khususnya yang berkaitan dengan bidang yang kita hasrati. Seperti Vernon yang amat terbantu oleh teknologi Acer Aspire-P3 Hybrid Ultrabook, kita juga akan mendapatkan cara yang cepat dan mudah (tapi sama sekali tidak instan!) untuk lebih cepat dan mudah juga mencapai impian kita bilamana kita menggunakan teknologi yang tepat.

Dalam hal saya, saya jelas memerlukan sekali teknologi. Dulu, saya menulis dengan tulisan tangan dan dengan cara mengetik memakai mesin tik. Sekarang, saya pakai komputer. Dan saya merasakan hal tersebut, yakni lebih cepat dan mudah menuju kondisi yang saya idam-idamkan. Akan tetapi, teknologi terus berkembang. Apalagi di bidang informasi dan komunikasi. Konsekuensinya, perangkat elektronik pendukung, atau gadget, pun harus menyesuaikan. Sehingga, saya tidak bisa lebih lama lagi mengandalkan komputer saya yang sudah berusia lebih dari satu dasawarsa. Saya membutuhkan gadget yang lebih mendukung teknologi terkini. Lagipula, seperti saya sudah bilang di atas, sebagai seorang penyendiri yang menggemari keheningan, saya ingin bisa menulis sembari menyendiri di manapun dan kapanpun. Tidak terpaku pada satu tempat, sebagaimana selama ini saya alami dengan menggunakan PC-desktop tua saya. Ya jelas, saya butuh laptop! Tapi laptop tersebut, selain tentu saja harus canggih dan serba mendukung pekerjaan saya, juga mesti nyaman dibawa-bawa dan digunakan. Karena itu, saya memimpikan mempunyai Acer Aspire-P3 Hybrid Ultrabook juga, seperti Vernon. Saya yakin, Acer Aspire-P3 yang ideal itu pasti bisa mendukung saya lebih cepat lagi tiba di kondisi ideal impian saya! Dengan harddisk SSD yang sangat cepat diakses dan berkapasitas cukup besar, Acer P3 sangat cocok sebagai wadah data-data tulisan saya, yang memang tidak besar-besar ukurannya namun perlu sering-sering di-save di kala penulisannya. Baterainya yang tahan lama pun sesuai banget buat saya bawa-bawa ke taman umum atau daerah-daerah pegunungan kalau saya mau menyepi sambil menulis, jadi saya tak perlu sebentar-sebentar cari soket untuk mengisi baterai.

Maka, jangan kalian heran kalau nanti kalian melihat buku-buku saya beredar di seluruh dunia, lalu kalian juga melihat, mendengar, atau membaca berita bahwa saya menerima Penghargaan Nobel Bidang Kesusasteraan!

Jumat, 21 Juni 2013

Liputan 6 Komposisi Liputan6.com

Awalnya, kita mengenal Liputan 6 sebagai programa berita di stasiun televisi swasta Surya Citra Televisi (SCTV). Slogan yang diusungnya adalah "aktual, tajam, dan terpercaya". Didukung penyiaran berita-berita dan pengangkatan topik-topik/diskursus-diskursus yang dijaga agar tetap konsisten dengan slogan, teknik peliputan dan pengambilan gambar yang profesional, serta tingginya kualitas performa insan-insan jurnalis yang terlibat, khususnya yang duduk di ujung tombak sebagai presenter sehingga dapat melahirkan presenter-presenter berkelas, fenomenal, dan legendaris seperti Jeremy Teti dan Retno Pinasti, programa ini dengan cepat diterima masyarakat luas di seluruh Indonesia dan menjadi salah satu mata acara berita yang dinanti para pemirsa bukan hanya karena penyajiannya yang menarik dan tidak membosankan melainkan juga karena dianggap salah satu yang paling valid sehingga dapat dipercaya.

Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya teknologi dengan akselerasi yang kian tinggi, Liputan 6 SCTV membuka pengejawantahannya dalam dunia maya, dan inilah yang kini kita kenal sebagai Liputan6.com, situs portal berita online yang (memang sudah selayaknya) juga mengusung tagline "aktual, tajam, dan terpercaya". Apakah Liputan6.com ini akan menjadi sehebat induk pengejawantahnya dari perspektif jurnalistik maupun keberterimaan masyarakat? Nampaknya, tanda-tanda ke arah itu sudah semakin terlihat.

Membicarakan dan menilai media online semacam Liputan6.com tentu agak berbeda dengan membicarakan dan menilai media-media bermatra lain. Ada beberapa aspek yang unik dan berbeda. Saya membagi pembicaraan dan review tentang aspek-aspek Liputan6.com ini ke dalam 6 (enam) golongan. Saya menyebut golongan-golongan itu "komposisi".
Tampilan halaman utama Liputan6.com tanggal 18 Juni 2013

Komposisi Pertama: Penampilan

Secara keseluruhan, desain halaman Liputan6.com bagus dan menarik. Penggunaan warna-warna dasar dan latar yang simpel adalah cukup cerdas. Sebab, judul-judul berita terkini Liputan6.com seluruhnya ditampilkan pada halaman depan/utama, dan semuanya menggunakan foto dan gambar pop-up berwarna. Itu sudah sangat atraktif, sehingga memang tidak perlu lagi menerapkan permainan warna terlalu banyak pada latar.

Selain judul-judul berita terbaru, halaman depan juga menampilkan semua kategori berita terkini Liputan6.com, serta juga kolom-kolom lain seperti foto dan video.

Dari segi kemudahan pencarian, hal ini sangat baik. Pembaca dapat memilih "berita hari ini" apa dan dari jenis apa yang ingin dibaca. Kekuatiran akan kelewatan berita terkini pun tidak bakal timbul, mengingat semua judul berita terbaru tanpa terkecuali sudah ditampilkan.

Akan tetapi, di sisi lain, hal ini menjadikan situs halaman utama, dan barangkali juga laman-laman postingannya, cukup berat saat dibuka oleh pembaca yang menggunakan gadget berspesifikasi atau berteknologi rendah dan/atau yang mengalami kendala koneksi internet terkait lokasi dan/atau kualitas sinyal, dikarenakan kapasitasnya yang besar, yang memang sudah menjadi konsekuensi dari besarnya halaman dan banyaknya item yang dimuatkan. Kondisi ini cukup mengesalkan karena dirasa membuang-buang waktu dan menguras emosi.

Komposisi Kedua: Sosialisasi

Seperti sudah saya sebutkan di atas, berita-berita terkini Liputan6.com terbagi dalam beberapa kategori. Kategori utama, sebagaimana dapat kita lihat pada bar teratas halaman utama dan laman-laman postingan, ialah News, Bisnis, Bola, Showbiz, Tekno, dan Health. Berikutnya, juga ada kategori berita lain, misalnya Berita Terpopuler, Politik, Peristiwa, dan Internasional. Dan di samping kategori-kategori berita, Liputan6.com juga memiliki kolom-kolom khusus, contohnya Foto, Video, dan Citizen6. Citizen6 adalah kolom yang disediakan khusus oleh Liputan6.com untuk jurnalis warga.

Jadi, kita dapat dengan yakin menilai, situs Liputan6.com itu variatif. Tidak hanya berita yang disajikan dan disusun tim reportase dan redaksi internal Liputan6.com saja, kita juga bisa membaca berita-berita yang disampaikan masyarakat umum, dan bahkan kita sendiripun dapat ikut berpartisipasi menyumbangkan informasi sebagai koresponden. Berita-beritanya pun tidak melulu dikemas dalam rupa teks, tetapi juga dikombinasikan dengan foto dan bahkan juga dengan video. Kita juga bisa memilih berita menurut jenis topik yang kita inginkan, apakah yang memberitakan beragam kejadian di dalam negeri, atau yang mengulas dunia usaha, atau yang membahas teknologi termutakhir, atau yang mengangkat tema kesehatan, atau yang menganalisis olahraga dan khususnya sepakbola, atau yang mengulik hal-hal seputar dunia hiburan, atau yang mengupas permasalahan politik, atau juga yang menginformasikan peristiwa-peristiwa yang terjadi di mancanegara.

Hal ini membuat Liputan6.com luas secara aksesibilitas. Bisa dibilang, semua kalangan dapat menikmati dan memperoleh manfaat dari berita-berita terkini Liputan6.com. Dan pada saat bersamaan, semua orang berkesempatan pula untuk turut berkontribusi sebagai jurnalis warga.

Komposisi Ketiga: Bahasa

Kini, dan untuk berikutnya, saya akan masuk ke ranah konten. Adapun "Bahasa" di sini tentu saja bukan mempersoalkan bahasa apa yang dipakai dalam Liputan6.com, sebab semua orang juga sudah tahu kalau bahasa Indonesia-lah itu. Yang saya maksudkan adalah penggunaannya, apakah sudah baik dan benar.

Saya mendapati beberapa penulisan yang kurang sesuai dengan ejaan yang disempurnakan (EYD) dan kurang memenuhi syarat struktur kalimat yang benar.

Penggunaan huruf kapital masih banyak yang keliru. Sebagai contoh, seharusnya kata "presiden" hanya diawali dengan huruf besar apabila dipakai sebagai sebutan (misalnya: "Bapak Presiden, adalah sebuah kehormatan bagi kami menerima kunjungan Bapak."), sebagai gelar jabatan yang diikuti nama institusinya (seperti: "Jenderal Soeharto secara resmi dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia pada tahun 1967."), atau dirangkai dengan nama orang (umpamanya: "Hari ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melakukan kunjungan kenegaraan ke Singapura."); namun tidak bilamana hanya dipakai sebagai kata benda (contohnya: "Saya bercita-cita menjadi presiden suatu saat nanti."). Akan tetapi, pada beberapa berita, saya menemukan kesalahan-kesalahan semacam itu. Ada kata yang huruf pertamanya ditulis dengan huruf kapital, padahal semestinya huruf kecil, tapi ada juga kesalahan yang sebaliknya.

Secara struktur kalimat, beberapa berita juga mengandung kesalahan-kesalahan. Misalnya, perhatikan kalimat ini: "Di Monas juga menyelenggarakan acara hiburan untuk rakyat." (penekanan oleh saya). Dengan memakai kata depan "di", berarti "Monas" berposisi sebagai keterangan tempat; kalau begitu, pertanyaannya: siapa yang "menyelenggarakan acara hiburan untuk rakyat", berhubung kalimat tersebut tidak mempunyai subjek? Alangkah baiknya jikalau kalimat tersebut bunyinya seperti ini: "Di Monas, Pemprov DKI juga menyelenggarakan acara hiburan untuk rakyat." ("Pemprov DKI" sebagai subjek, berarti Pemprov DKI-lah yang menyelenggarakan); atau: "Monas juga menyelenggarakan acara hiburan untuk rakyat." (tanpa kata depan "di" sebelum "Monas", jadi, "Monas" adalah subjek, sehingga berarti Monas-lah yang menyelenggarakan); atau bisa juga: "Di Monas juga diselenggarakan acara hiburan untuk rakyat." (tanpa subjek, tidak menjadi masalah)!

Saya bukannya ingin mencari-cari kesalahan ataupun mempermasalahkan hal-hal sepele. Cuma, Liputan6.com ini adalah situs berita, situs jurnalistik. Yang ternama, pula! Menurut saya, media massa dan dunia jurnalisme turut memikul tanggung jawab untuk menyebarluaskan keharusan dan pentingnya penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar, serta juga mendidik masyarakat dalam hal itu. Karena itu, konsekuensinya, Liputan6.com mesti amat sangat memperhatikan sekali ejaan, gramatika, dan struktur bahasa Indonesia dalam penggunaan secara tertulis.

Komposisi Keempat: Wawasan

Selaku portal berita, adalah wajar bilamana Liputan6.com berfokus pada pemberitaan. Dan memang adalah tugas pers, tak terkecuali pers online seperti Liputan6.com, untuk menyebarluaskan informasi penting kepada masyarakat.

Namun, juga sama pentingnya bagi pers untuk tidak hanya menyebarluaskan informasi dalam bentuk reportase semata-mata melainkan juga dalam bentuk opini-disposisi, eksposisi, deskripsi, bahkan juga narasi. Ini sudah lumrah dilakukan pers cetak selama bertahun-tahun, barangkali sejak lahirnya pers dan jurnalisme itu sendiri. Maksudnya, pers-pers cetak seperti suratkabar dan majalah secara rutin memberikan ruang spesial untuk hal-hal selain berita yang bersifat reportase. Hal-hal semacam disposisi seorang tokoh tentang wacana hukum, opini siapapun dari kalangan warga masyarakat yang hendak menyuarakan aspirasinya dalam hal hak asasi, pemaparan kondisi dan keindahan serta kehidupan masyarakat suatu tempat di Indonesia yang belum banyak tergali semisal kawasan selatan Jawa Barat, eksposisi tentang Wawasan Nusantara atau Empat Pilar Kebangsaan, serta bahkan juga cerpen atau puisi dan esai sastra, itulah yang umum diwadahi media-media cetak. Namun, bukan berarti tidak ada media elektronik audio-visual yang menyediakan ruang untuk genre-genre berita serupa. Banyak, malah! Kita sudah biasa menyaksikan acara-acara debat, wawancara, dan talkshow di sejumlah stasiun televisi dan radio, yang mencakup opini, disposisi, dan eksposisi soal politik, ekonomi, dan lain sebagainya. Bahkan film, sinetron, drama (baik di televisi maupun drama radio), dan musik termasuk merupakan mata-mata acara yang paling diminati pemirsa televisi dan radio.

Jadi, pertanyaannya, mengapa portal berita online tidak memberi ruang yang sama untuk rubrik-rubrik sejenis? Mungkin argumentasinya ada 2 (dua). Pertama, medium yang digunakan merupakan internet, bukan medium cetak. Kedua, portal ini adalah portal berita, jadi beranalogi dengan programa-programa berita televisi seperti Liputan 6 SCTV. Akan tetapi, kedua argumen tersebut sangat lemah. Kita dapat dengan mudah mematahkannya dengan argumentasi lain. Pertama, tidak menjadi masalah medium apa yang digunakan; yang penting, karakteristik media online bukan hanya sama dan mirip, tetapi malah mencakup baik karakteristik media cetak maupun media elektronik. Karakteristik itu adalah gambar tak bergerak dan teks (sebagaimana media cetak), serta audio-visual (sebagaimana media elektronik). Ini disebabkan sifat media berbasis internet yang merupakan multimedia, artinya media dengan multidimensi dan multikarakteristik.

Lagipula, bukankah programa berita televisi seperti Liputan 6 SCTV pun bahkan menyiarkan pula wawancara dengan seorang pakar, liputan tempat makan dan menu kuliner di suatu daerah, ulasan tentang potensi alam dan kebudayaan masyakat di suatu daerah? Apalagi Liputan6.com, yang merupakan portal berita yang menggunakan multimedia. Layak bila Liputan6.com juga memberi beberapa ruang untuk rubrik-rubrik tersebut: ya yang memuat opini atau disposisi atau eksposisi pakar dan orang-orang lain yang concern terhadap suatu masalah dan wacana, ya yang memuat deskripsi keindahan alam sesuatu daerah berikut kearifan lokalnya juga, ya yang memuat puisi dan cerpen warga masyarakat, ya yang memuat video musik kreatif warga masyarakat.

Dan semuanya itu seharusnya tidak dikemas dalam bentuk reportase. Sebab, yang saya maksud itu bukanlah tulisan-tulisan yang selama ini ada di portal berita online, termasuk Liputan6.com, yang memang memberitakan pendapat seorang tokoh namun dikemasnya tetap saja dalam bentuk paket reportase. Tidak, tidak seperti itu! Tulisan-tulisan dalam rubrik khusus itu tidak boleh disajikan dalam wadah reportase, tapi harus dalam wadah aslinya: opini ya dalam wadah opini murni, puisi sya dalam bentuk puisi, cerpen ya dalam bentuk cerpen, deskripsi ya dalam wadah deskripsi, dan seterusnya. Sekali lagi, bukan disampaikan sebagai berita. Fasilitasi saja wadah dan ruangnya.

Sekiranya ini dilakukan, Liputan6.com akan makin menambah wawasan, baik masyarakat maupun dirinya sendiri.

Komposisi Kelima: Integritas

Akhir-akhir ini, beredar kecurigaan dan sikap skeptis di kalangan masyarakat yang mempertanyakan "kesucian" pers atau media. Keterlibatan sejumlah petinggi puncak dan pemilik perusahaan dan konsorsium/grup perusahaan media massa dalam dunia politik kian membuat orang bertanya-tanya, adakah media tetap netral, dalam arti: hanya dan semata-mata berpihak pada kebenaran belaka. Apakah pers tertentu sudah "terkontaminasi" kepentingan tertentu dan berpihak pada pihak tertentu? Apakah pemberitaan sebuah atau beberapa media sudah condong membela kelompok atau orang tertentu dan sebaliknya, mendiskreditkan kelompok atau pribadi lainnya?

Tendensi masyakat ini sah. Dan justru sehat, sebetulnya! Karena, dengan demikian, kontrol sekaligus cinta masyarakat terhadap pers masih tinggi. Masyarakat masih amat sangat mengandalkan media massa untuk mampu menjadi benteng kebenaran dan pilar demokrasi terakhir, setelah makin memudarnya kepercayaan masyarakat pada institusi-institusi penyelenggara negara dan pemerintahan, yaitu eksekutif, representatif-legislatif, yudikatif, kepolisian, dan militer. Dan bahkan, akhir-akhir ini, juga pada lembaga akademis, seiring semakin jauhnya perilaku para akademisi, teristimewa mahasiswa, dari standar keterpercayaan dan keteladanan, yang dapat disaksikan contoh konkretnya dalam hal maraknya tawuran dan tindakan demo anarkis mahasiswa.

Untuk itu, saya, dan saya yakin pasti semua pemirsa juga, mengimbau dan amat berharap, Liputan6.com senantiasa menjaga reliabilitasnya. Tidak sulit bagi kami untuk menilai apakah suatu media massa masih "suci" ataukah telah "tercemar". Pemberitaan yang tidak berpihak kepada apapun selain kebenaran adalah pemberitaan pers sejati. Bahkan, kepada rakyat sekalipun pers tidak boleh berpihak! Sebab, sangat mungkin rakyatlah yang ada di pihak bersalah. Misalnya, pemerintah sudah benar, merancang suatu program yang adil dan bermaslahat, namun terkendala justru oleh penolakan dari rakyat sendiri yang tidak tahu diri, tidak mau didisiplin, tidak mau diatur, mau enaknya saja tapi tidak mau dididik dan tidak sudi mempedulikan kepentingan orang lain. Nah, kalau itu yang terjadi, sangat besar probabilitas bagi munculnya bentrokan antara pemerintah dengan rakyat tersebut, baik secara verbal maupun fisik. Ujian bagi pers, termasuk dan teristimewa Liputan6.com: bagaimana memberitakannya?

Komposisi Keenam: Jatidiri

Ada 2 (dua) cara kita bisa mengenal suatu keberadaan (being), apapun itu, apakah itu sesama manusia, hewan, tumbuhan, materi, institusi, ataukah keberadaan-keberadaan lain. Pertama, dari penjelasan dan pemaparan keberadaan itu sendiri tentang dirinya. Kedua, dari observasi dan investigasi kita sendiri. Sangat jarang sekali kita mengandalkan cuma salah satu cara saja. Kita hampir pasti selalu menggunakan kedua-duanya. Dan, berkenaan dengan cara yang kedua, observasi dan investigasi kita akan orang atau keberadaan lain berpatokan pada kelima komposisi di atas. Pertama-tama, kita mengamati dan menilai penampilannya: elokkah atau "nggak banget", terawat secara telatenkah atau "cuek-bebek binti acak-acakan". Kemudian, kita mengamati dan menilai cara keberadaan itu "bersosialisasi", dengan kata lain: bagaimana dia membaur dengan dan di antara lingkungannya, bagaimana dia berusaha agar diterima di segala lingkungan. Lalu, kita mengamati dan menilai juga "bahasa"-nya, yakni pembawaan, tutur kata, sikap, dan perilakunya, apakah teratur atau sembrono, apakah tertata atau berantakan, apakah logis atau ngawur. Selanjutnya, kita mengamati dan menilai pula wawasannya, dalam arti kesanggupannya menangani dan meresponi pembicaraan atau hal lain apapun, apakah banyak ataukah sedikit yang sanggup ia tangani dan responi. Dan, terakhir, kita pun mengamati dan menilai integritas keseluruhan diri sang keberadaan untuk menilai layak-tidaknya kita mempercayai dan mengandalkannya.

Liputan6.com mengusung slogan "aktual, tajam, dan terpercaya". Itulah klaim situs berita online ini tentang jatidirinya. Sekarang, pertanyaannya, apakah masyarakat menilai slogan klaim identitas itu selaras dengan penilaian masyarakat sendiri, apakah slogan tersebut konsisten dengan realitas, dan, jika jawaban atas keduanya adalah "tidak" atau "bisa ya, bisa tidak: meragukan", apakah masyarakat masih mau memberi kesempatan kedua dan apakah Liputan6.com mau berkomitmen untuk memperbaiki diri?

Bagaimana menurut saya sendiri? Saya akan menilai satu persatu frasenya.

Aktual? Saya sepakat seratus persen! Dari segi penampilan, kita sudah melihat di atas, dalam komposisi pertama dan kedua yang saya beberkan. Sedangkan dari segi konten, tidak usah diragukan lagi, Liputan6.com memang menyajikan apapun berita terbaru, tidak pernah berita basi yang disuguhkan. Berita terkini Liputan6.com saya pandang sebagai salah satu yang dapat saya andalkan dari segi keterbaruan.

Tajam? Terus terang, 95 : 5! Pasalnya, saya masih sedikit (memang sedikit sekali sih, cuma 5% kadarnya, tapi sama sekali tidak boleh diabaikan!) mendapati kegamangan dalam satu-dua berita "hari ini"-nya Liputan6.com. Kesan yang saya terima, berita bersangkutan belum benar-benar dibersihkan dari “kabut” yang menyelimutinya. Bukan berarti berita tersebut masih belum usai karena kasusnya sedang berjalan dan masih dalam penyelidikan, sementara data-datapun belum semuanya terhimpun; yang saya maksud, dari data-data yang sudah berhasil dikumpulkan tim Liputan6.com, ada satu-dua data yang disampaikan dengan cara yang terkesan lebih "sepintas lalu" ketimbang data-data lainnya. Saya tahu betul, ini subjektif sekali. Amat sangat mungkin itu hanya anggapan saya saja. Namun, bagaimanapun, betapa bijaknya apabila Liputan6.com menanggapi kesan saya itu dengan cukup serius. Maksud saya, kesan saya itu bisa dipertimbangkan sebagai peringatan untuk mawas diri dan berintrospeksi. Soalnya, biar bagaimana juga, walaupun hingga sekarang Liputan6.com tetap tajam dan terasah, tapi tidak ada yang abadi, jadi sangat gampang ketajaman itu menjadi tumpul secara alami atau ditumpulkan secara sengaja.

Terpercaya? 80 – 20! "Kabut" di atas dan banyaknya kekeliruan penulisan dari segi bahasa, mau tak mau, membuat saya tetap menunggu. Menunggu tanda-tanda objektivitas murni dan netralitas Liputan6.com pada ulasan-ulasan berita terkini berikut-berikutnya. Menunggu tanda-tanda koreksi Liputan6.com terhadap penulisan berita-berita terbarunya. Karena, bagi saya, jika kita masih belum sungguh-sungguh korek dalam berbahasa, bagaimana kita bisa berkata bahwa informasi yang kita sampaikan lewat bahasa itu korek, dan bagaimana kita dapat mengharapkan informasi yang kurang korek itu dapat dipahami sebagaimana seharusnya oleh pemirsa kita? Bahasa pembicaraan dan penyampaian kita harus terlebih dahulu handal sebelum isi pembicaraan kita dan apa yang kita sampaikan dapat dipercaya. Kalau tanda-tanda itu bisa terus-menerus terlihat jelas secara konsisten dalam semua berita terkini Liputan6.com untuk kurun waktu paling sedikit setahun ke depan, otomatis kadar keterpercayaan Liputan6.com di mata saya akan meningkat dengan sendirinya. Ini bukan tuduhan. Sama sekali bukan! Saya sama sekali tidak menuduh Liputan6.com telah tersusupi pihak-pihak dengan agenda-agenda tertentu. Hanya saja, melalui liputan terhadap 6 (enam) komposisi dari Liputan6.com ini, saya benar-benar percaya, pers yang benar-benar dapat diandalkan dan dipercaya oleh semua pihak untuk menegakkan kebenaran dan demokrasi itu ada, dan semua media massa (bukan hanya satu-dua media tertentu saja) punya kesanggupan untuk menjadi pers yang demikian, kalau mau dan berkomitmen kuat. Terlebih lagi, saya percaya, Liputan6.com, media yang dapat diakses dengan bebas oleh siapa saja di seluruh Indonesia, bahkan di seluruh dunia, secara tanpa batas ini, mampu membuktikan dirinya betul-betul 100% "terpercaya"!

Sabtu, 08 Juni 2013

Wisata Bandung: untuk Semua, Semuanya Ada!

Wisata Bandung...! Dua kata yang soulmate satu sama lain. Saling melengkapi. Saling mempercantik. Saling menambah nilai. Saling menciptakan dan memoles nuansa tatkala diucapkan dan dibayangkan. Mau ditambah imbuhan, kata penghubung, kata sandang, kata depan, atau kata-kata yang lain di manapun, atau mau dibalik-balik urutannya dengan diselingi kata-kata lain tersebut, atmosfernya tetap sama, malah jadi tambah impresif! Lihat saja contoh ini: "berwisata ke Bandung", "obyek wisata di Bandung", "Bandung, kota wisata populer di Indonesia", "Bandung, sasaran utama wisatawan mancanegara", dan sebagainya, silakan, Anda bisa tambahkan sendiri!

Saya tinggal di Bandung sejak tahun 1995. Saya sendiri tidak lahir dan besar di Kota Kembang ini. Dari lahir hingga lulus SMA, saya di Jakarta. Namun, –saya sendiri tidak mengerti sampai sekarang kenapa dan entah bagaimana awalnya– bahkan sejak saya kecilpun setiap kali mendengar kata "Bandung", hati saya langsung berada dalam dua keadaan. Pertama: hangat, terbayangkan sukacita dan kebahagiaan; kedua: bergairah, jadi paham benar apa arti kata "hidup". Ya, dengan kata lain, saya jatuh cinta pada kota Parijs van Java ini sejak dini sekali, hanya dari mendengarnya saja! Makin lama, Bandung semakin menjadi obsesi saja. Saya kepingin sekali tinggal di Bandung, melanjutkan sekolah di Bandung, bekerja di Bandung, hidup dan menghabiskan sisa umur di Bandung, dan bahkan, kalau diizinkan, menutup mata yang penghabisan di Bandung pula...! Hingga akhirnya, kesempatan menjumpai "cinta" saya itupun dianugerahkan juga. Saya lulus UMPTN, mendapat satu kursi di salah satu perguruan tinggi negeri di Bandung.

Memang gampang sekali jatuh cinta dan mencintai Bandung. Saya punya teman-teman dan kenalan-kenalan yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Bahkan ada beberapa juga yang dari luar negeri. Mereka berlatar-belakangkan berbagai suku, etnis, ras, adat, kebiasaan, budaya, serta bahkan bangsa dan bahasa ibu yang berbeda-beda. Tapi, menariknya, semuanya kepincut pada Bandung! Minimal, yah, suka lah! Dan malah sebagian besar juga sama dengan saya: memilih untuk terus hidup di Bandung! (Pantas, Bandung makin lama makin padat ya...?!)

Mengapa bisa begitu? Jawabannya pun tidak sulit didapat. Bandung itu amat sangat bersahabat. Ya karena suhu udaranya yang sejuk, ya karena cuacanya yang bersahabat, ya karena alamnya yang luar biasa cantik, ya karena orang-orangnya yang amat ramah. Dengan kata lain, Bandung itu benar-benar pas untuk menikmati hidup! Hal ini juga yang menjadi alasan kenapa Bandung Raya (Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat) bisa menjadi salah satu kawasan wisata paling utama di Indonesia, yang paling diincar para wisatawan, baik domestik maupun internasional.

Bahkan, saya berani berpendapat, jika ditinjau dari kekompletannya, Bandung Raya adalah daerah wisata nomor satu di Indonesia. Artinya, wisata Bandung punya dimensi yang paling lengkap. Sebut saja, mau wisata apa?

Wisata alam? Hooo, tidak usah ditanya lagi kalau yang itu sih! Tatar Parahyangan sudah sejak zaman dahulu terkenal keindahannya. Salah satu iklan di televisi bahkan berseloroh: "Pada waktu menciptakan Parahyangan, Tuhan sedang tersenyum". Tatar Parahyangan atau Tanah Priangan itulah Bandung! Tidak heran, karena keelokannya, kawasan ini dijuluki "Parahyangan", Tanah Kediaman Para "Hyang" (dewa-dewi). Di utara, menjulang Gunung Tangkubanperahu nan kesohor ke seluruh dunia, Lembang menebarkan kesejukan ke udaranya yang indah oleh pepohonan dan perkebunan tehnya, Maribaya dan Dago mengirimkan air-air terjunnya untuk bernyanyi memuja Sang Ilahi dan meramaikan hutan nan menghijau teduh. Di selatan, Pengalengan menghamparkan kebun tehnya berdampingan dengan Situ Cileunca, Ciwidey memanjakan yang datang dengan Kawah Putih dan Situ Patengan (Situ Patenggang)-nya bersama-sama perkebunan stoberi dan Ranca Upas. Kalau Anda bergerak ke arah barat, Situ Cangkuang beserta candinya siap menyambut Anda bersama Waduk Cirata dan Waduk Saguling. Pergi ke sebelah timur, Anda akan berjumpa dengan Curug Cinulang. Itu baru beberapa. Masih jauh lebih banyak lagi obyek-obyek wisata Bandung berbau "alam" yang dengan mudah bisa kita temui. Bertebaran di mana-mana di seluruh penjuru Bandung sih!

Wisata kuliner? Wah, ini sih gacoan-nya Bandung! Mau makanan atau minuman yang unik-menggelitik sekaligus otentik bin khas? Banyak! Ada batagor, peuyeum, colenak, bandrek, bajigur, gepuk, lotek, tahu Sumedang, tahu gejrot, siomay-basotahu, dan yang lain-lain lagi. Di manapun ada tuh, tinggal pilih saja yang mana yang sesuai dengan selera kita! Mau yang umum, tidak usah khas dan otentik, tapi tak kalah unik? Mangga! Kafe, restoran, sampai warung makan "merakyat" itu menjamur banyak sekali kok! Silakan masuk saja, terus pilih-pilih deh mana yang cocok sama lidah dan dompet! Bahkan, banyak lho restoran yang selain makanannya unik dan enak, juga menawarkan kelebihan berupa view suasana malam Kota Bandung yang bisa membuat nafas Anda tertahan dan degup jantung Anda berhenti sedetik secara refleks akibat keindahannya yang mengagumkan. So, masih ragu untuk menyusuri tempat-tempat kuliner dari wisata Bandung?

Wisata belanja? Siapa yang berani meragukannya? Bandung itu pelopor factory outlet di Indonesia. Bahkan di dunia! Dan siapa juga di Indonesia ini yang belum pernah dengar kawasan Cibaduyut dan Cihampelas? Biarpun banyak yang berpendapat kalau pamor sentra sepatu dan sentra jeans tersebut sudah tidak sehebat dua sampai empat dekade sebelumnya, tetap saja kualitas produknya tidak menurun, masih tetap top! Keramaian kunjungan wisatawannya pun tidak bisa dibilang sudah tidak ada. Buktinya, para produsen dan pedagang sepatu dan jins di kedua area itu masih tetap eksis. Jalanannya makin macet, malah! Mau belanja apa lagi? Suvenir? Banyak! Mau suvenir berupa angklung, wayang golek, kaos, atau yang lain, semuanya ada. Atau mau belanja barang-barang lain selain suvenir? Sok, silakan! Tempat-tempat belanja mudah sekali ditemukan. Wisata Bandung sektor belanja takkan mati sampai kapanpun!

Wisata seni dan budaya, top markotop. Di Jalan Padasuka, ada pusat angklung terbesar di Indonesia. Sudah terkenal sampai ke mancanegara, malah! Di situ juga Anda bisa beli angklung, baik satuan maupun partai besar. Di Dago Atas juga ada satu tempat pertunjukan budaya. Di Jalan Taman Sari ada satu gedung yang diperuntukkan khusus bagi pertunjukan musik dan budaya, di samping juga boleh disewa untuk pertemuan akbar lainnya selain seni dan budaya. Di Jalan Braga, Anda bisa mendapati bukan cuma pertunjukan seni dan budaya, tapi juga menyaksikan seni arsitektur art deco dari zaman kolonial pada gedung-gedung tua di sepanjang jalan tersebut. Dan siapa juga yang belum tahu Gedung Sate? Walaupun memang agak ketat, tidak sembarang waktu dan tidak semua ruangan dibuka untuk umum, tapi dari luarpun gedung itu sudah terlihat megah dan kental nuansa seninya. Mau lihat kesenian-kesenian dan pertunjukan budaya lainnya, atau kepingin lihat-lihat dan beli benda-benda seni? Banyak di Bandung mah! Bukankah Bandung terkenal sebagai kota pelahir seniman-seniman ternama Indonesia? Itu karena Bandung memang kondusif sekali untuk berkreasi dan berinovasi! Sehingga orang juga menjuluki Bandung sebagai "Kota Seni". Sisi seni dan budaya dari wisata Bandung takkan terlupakan oleh siapapun yang sudah pernah bermalam beberapa hari saja. Apalagi kalau sampai berkali-kali. Lebih apalagi jika sampai sempat tinggal dan menetap di Parijs van Java ini!

Wisata sejarah ada. Tadi sudah disebutkan tentang Gedung Sate, yang di dalamnya banyak terdapat ruangan yang "bersaksi" tentang tempo doeloe, meski untuk mengalami hal itu mesti melewati serangkaian prosedur birokrasi yang tidak gampang dan tidak sederhana, berhubung gedung tersebut masih difungsikan sebagai kantor Gubernur dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Tapi tenang! Bandung juga punya banyak museum. Di Jalan Lembong ada museum yang memamerkan benda-benda kemiliteran yang pernah dipakai perjuangan rakyat Indonesia menghadapi Westerling pada masa Perang Kemerdekaan dulu. Ada juga museum di Jalan Diponegoro yang memamerkan benda-benda geologi, seperti meteor, kerangka dinosaurus, dan gerabah pada era-era prasejarah. Masih ingat event Konferensi Asia-Afrika pada tahun 1955 'kan? Nah, gedung tempat diadakannya yang terletak di Jalan Asia-Afrika itu kini menjadi museum yang dapat dikunjungi umum. Belum lagi kalau mau menyebutkan tugu-tugu dan monumen-monumen peringatan perjuangan kemerdekaan Indonesia, yang tersebar di banyak perempatan, seperti Monumen Bandung Lautan Api di Jalan Mohammad Toha. Pokoknya, dari segi sejarah, wisata Bandung pun tak kalah kaya dan menakjubkannya!

Wisata pendidikan juga ada. Selain museum-museum, tugu-tugu, dan monumen-monumen tadi, banyak lagi obyek wisata Bandung yang mengandung unsur pendidikan dan sains. Tentu pernah dengar tentang teropong bintang 'kan? Nah, itu ada di sebuah observatorium di wilayah Lembang! Terbuka untuk umum tuh! Di Jalan Soekarno-Hatta ada perpustakaan daerah yang memperbolehkan masyarakat membaca-baca di tempat. Kalau mau pinjam, ya mendaftar jadi anggota saja. Dan, yang tak boleh dilupakan, Bandung pun punya julukan lain: "Kota Pelajar". Sebab, selain Yogyakarta, Bandung pun memiliki banyak sekali perguruan tinggi. Bahkan, perguruan tinggi negeri di Bandung ada dua. Itu sebabnya, rasio penduduk berusia sekolah di Bandung sangat tinggi. Makanya, kenapa ragu kalau mau memanfaatkan dimensi pendidikannya wisata Bandung?

Sampai-sampai, wisata religi pun Bandung punya lho! Mesjid Agung Kota Bandung itu salah satu mesjid bersejarah. Di banyak tempat lain di seantero Bandung Raya, mesjid-mesjid bersejarah lainnya pun relatif mudah ditemukan. Gereja Katedral juga ada, di Jalan Merdeka, bernilai sejarah dan seni tinggi, serta, tentu saja, memancarkan aura spiritual yang mendesak siapapun untuk kembali dan tetap mengingat Sang Mahakuasa. Juga, di Lembang, ada sebuah tempat yang dinamakan "bukit doa" untuk umat Kristen, khususnya umat Katolik Roma. Tempat-tempat ibadah dari agama-agama lain pun –kelenteng, wihara, juga pura– ada yang bernilai sejarah rohani besar sehingga bisa dijadikan sebagai tempat ziarah dan bernapak tilas. Jadi, aspek religius dari wisata Bandung pun cukup menonjol, bermanfaat sekali untuk menambah keimanan agar menjadi manusia yang lebih benar dan baik lagi.

Atau Anda punya ide dimensi wisata apa lagi? Coba saja sebutkan, lalu lihat, apakah ada wisata tersebut di Bandung. Saya yakin, pasti ada! Dan terakhir, yang membuat wisata Bandung menjadi komplet secara paripurna adalah wisata permainan dan atraksi. Tepatnya, dengan adanya Trans Studio Bandung! Bukan karena sebelumnya di Bandung belum ada wisata permainan dan atraksi. Ada. Banyak, malahan! Tapi kehadiran Trans Studio Bandung sejak tahun 2011-lah yang menjadi "mahkota"-nya. Bahkan, boleh dikatakan, Trans Studio Bandung sudah jadi termasuk salah satu masterpiece wisata Bandung dan juga salah satu ikon Bandung! Terletak di Jalan Gatot Subroto, Trans Studio Bandung tepatnya terdapat di area yang sama dengan Trans Studio Mall (TSM), yang mencakup juga The Trans Luxury Hotel. Dengan 20 (dua puluh) wahana yang terbagi dalam 3 (tiga) area (Studio Central, Lost City, dan Magic Corner), permainan di Trans Studio Bandung dijamin bakal membuat Anda sendiri, keluarga, dan kekasih Anda sangat terhibur karena larut dalam keriangan besar. Ngebet kepingin uji adrenalin? Bisa! Tapi bagaimana kalau takut, cuma mau naik yang pelan-pelan saja? Juga bisa! Pasalnya, ke-20 wahana tersebut beraneka-ragam sifatnya, mulai dari yang extreme rides, alias yang gila-gilaan, hingga yang softplay, alias yang kalem-kalem gimana gitu. Belum lagi, Trans Studio Bandung tiap harinya menggelar 6 (enam) pertunjukan utama yang bertema teatrikal, yaitu "Kabayan Goes to Hollywood", "Legenda Putera Mahkota", "Petualangan si Bolang dan zoo crew", "Special Effect action show", "New Parade & Laser Show", dan "Trans Studio Big Band". Bagaimana tidak puas tuh, coba?! Cuma dengan keluar duit Rp150.000 (seratus lima puluh ribu rupiah) di hari biasa dan Rp250.000 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) di akhir pekan untuk membeli tiket, Anda dan rombongan bisa kenyang-kenyang deh tuh naik semua wahana dan nonton semua pertunjukan. Bagaimana kalau lapar dan haus? 'Kan bisa-bisa seharian main nih?! Tenang. Di dalam kawasan Trans Studio Bandung juga banyak kok penjual makanan dan minuman. Nah, bagaimana? Bukankah dimensi atraksi-permainan dari wisata Bandung betul-betul heboh, spektakuler, pecah, cetar-membahana, bikin tak terlupakan seumur hidup?!
Magic Corner, salah satu area di Trans Studio Bandung (sumber: http://transstudioworld.net)

"Kabayan Goes to Hollywood", salah satu pertunjukan utama di Trans Studio Bandung (sumber: http://www.transstudiobandung.com)

Vertigo, salah satu wahana mendebarkan di Trans Studio Bandung (sumber: http://www.transstudiobandung.com)


Kesimpulannya, semua orang pasti kesengsem pada Bandung sekali menginjakkan kaki juga. Pasti ketagihan deh! Ya, semua orang! Ya anak-anak, ya orang dewasa. Ya wanita, ya pria. Ya balita, ya lansia. Ya profesional muda, ya kaum tunakarya. Ya pelajar-mahasiswa, ya buruh-karyawan. Semua orang! Dari semua kalangan dan golongan. Tanpa terkecuali. Di sisi lain, wisata Bandung memiliki semua dimensi. Dan itu semua terbuka seluas-luasnya untuk dinikmati semua orang, yang tentunya sudah "kadung bin telanjur" jatuh hati pada Bandung.

Jadi, sebagaimana Trans Studio Bandung, yang sepertinya hendak merepresentasikan wisata Bandung, karena mempunyai wahana dan hiburan utama dari semua genre, serta juga boleh dimasuki dan dinikmati oleh semua orang dari semua kalangan, maka untuk semua (orang), di wisata Bandung semuanya (aspek wisata) ada!

Jumat, 07 Juni 2013

Bagaimana Anda Ingin Konsumen Menilai Produk Anda?

Pernahkah Anda mendapati dua produk dari jenis yang sama namun dijual dengan harga berbeda? Pernahkah Anda melihat suatu produk lebih laku daripada produk lain dari jenis yang sama padahal keduanya membandrol harga yang sama? Dan pernahkah Anda menjumpai kenyataan mengejutkan, yakni bahwa, dalam kedua kasus tersebut, kualitas produk yang lebih laku itu ternyata bisa dibilang sama saja dengan produk satunya lagi yang sejenis namun kalah laku?

Dapat dipastikan, jawaban Anda adalah "ya, pernah". Anda dapati di pasar-pasar swalayan, telur ayam negeri yang sudah dalam keadaan bersih dan sudah dikemas dalam plastik dengan jumlah tertentu serta sudah diberi label ternyata harganya lebih mahal dibandingkan telur ayam negeri yang dijual secara curah alias eceran. Anda kemudian melihat pula di situ, sambal botol bermerek A yang botolnya didesain berbentuk menarik dengan label yang memikat karena berwarna-warni dan menampilkan gambar cabai ternyata lebih banyak dibeli orang ketimbang sambal botol bermerek B yang ukurannya sama dan yang kualitas serta rasanya pun tidak berbeda tapi yang botolnya hanya berdesain standar saja dan yang labelnya pun hanya didominasi warna putih yang cuma menampilkan gambar logo tanpa tambahan berupa gambar cabai atau gambar lainnya yang mengundang.

Apa yang serupa dari kedua kasus tersebut? Benar. Kemasan. Tepatnya: keunggulan kemasan. Hal yang sama disampaikan Veronica Ratna Ningrum, woman-marketer pemilik PT Masterindo Multiguna, perusahaan yang bergerak di sektor konsultasi marketing, untuk mengingatkan para pebisnis akan pentingnya kemasan suatu produk. Konsultan marketing yang tips-tipsnya tentang bisnis dan marketing dapat dibaca di Personal Branding Agency, sebuah laman bagian dari Indscript Creative, sebuah situs agensi naskah, juga mengemukakan alasan di balik itu semua. Tertarik atau tidaknya orang akan sesuatu amat ditentukan oleh penampilan: makin atraktif penampilan, makin besar minat orang pada sesuatu itu. Termasuk produk. Dengan alasan itulah Veronica mengingatkan pebisnis untuk kreatif merancang desain bentuk dan kemasan produk, sebab hal tersebut amat menentukan apakah pebisnis dapat menaklukkan minat konsumen atau tidak, dan apakah produsen tersebut berhasil membuat image produknya tertanam kuat dalam ingatan konsumen atau tidak.

Ada unsur-unsur penting dalam penampilan, dan ini perlu Anda, sebagai pebisnis, perhatikan benar-benar manakala mengemas produk.


  1. Warna. Warna sangat kuat pengaruhnya terhadap sisi emosional seseorang. Makanya, para desainer dan juga perancang kemasan sangat memperhatikan aspek warna dari suatu produk. Warna-warna menantang, semacam merah atau kuning terang, berkesan atraktif dan dinamis, sehingga sering digunakan pada kemasan produk makanan olahan jadi yang manis-manis, misalnya coklat atau permen. Warna-warna seperti kuning emas atau abu-abu perak memberi kesan elegan dan berkelas, karena itu, sering dipakai sebagai warna kemasan produk-produk kosmetika.
  2. Desain. Desain pada bentuk produk ataupun kemasannya mampu mencitrakan kesan tertentu. Image berani, dinamis, elegan, atau ceria dapat dipancarkan dari desain. Hal itu dapat dilihat pada desain botol parfum dengan merek terkenal. Dan desain juga dapat menggambarkan kesan familiar, akrab, sehat, atau menyejukkan. Ini bisa ditemukan pada botol-botol bahan makanan, seperti sambal (sebagaimana di atas) dan kecap, serta minuman, seperti sirup dan minuman beralkohol.
  3. Logo. Logo sering diremehkan dan dilupakan pebisnis. Padahal, logo pun mampu melahirkan kesan tersendiri. Kotak atau plastik pembungkus baju atau celana atau pakaian lainnya, yang polos-polos saja, akan nampak lebih mengesankan bila saja diberi logo dengan gambar dan tulisan sederhana namun tak terlupakan, dengan warna keemasan sehingga terkesan mewah, berkelas, dan tidak sembarangan. Tapi, hati-hati, logo yang terlalu besar dan rumit akan memberi kesan gerah dan memberatkan.
  4. Bahan. Bahan yang dipakai untuk kemasan juga dapat menimbulkan kesan estetika tertentu. Kertas, kain, plastik, mika, atau apa saja materi bahannya, harus dipikirkan juga. Ada baiknya juga Anda pertimbangkan untuk menambahkan asesoris atau motif tertentu pada kemasan untuk menambah nilai dan keindahan tampilan produk. Hanya saja, sekali lagi, jangan berlebihan, agar orang jangan sampai malas melihatnya.

Tips Menyusun Business Plan

Dunia bisnis itu sarat halang-rintang dan tantangan. Mudah sekali orang yang bergelut di dalamnya terjatuh, tidak mengalami kemajuan hingga akhirnya bangkrut. Ini dikarenakan kekurangan atau ketiadaan perencanaan. Barangkali Anda memiliki keunggulan secara produk. Mungkin modal Anda kuat. Dan bisa saja Anda punya mental kuat yang siap untuk segala keadaan. Namun, tanpa perencanaan yang mantap, semua itu tidak akan berguna. Anda perlu "menguasai medan". Maksudnya, Anda harus benar-benar mengenal segmen pasar yang Anda sasar bagi produk Anda. Dan, tentu saja, itu mesti berada dalam kerangka perencanaan bisnis secara menyeluruh, yang terhimpun dan disusun dalam sebuah business plan.

Hal inilah yang diwanti-wanti Veronica Ratna Ningrum, CEO dari PT Masterindo Multiguna, sekaligus seorang konsultan marketing yang berpengalaman menangani pemasaran sejumlah perusahaan, terutama di bidang perbankan.

Wanita muda yang profil dan tulisan-tulisannya dapat dibaca dalam rubrik Personal Brand Agency dari situs Indscript Creative ini juga mengajukan prasaran berupa tips menyusun business plan dengan benar berikut ini.


  1. Pertama-tama, deskripsikan secara jelas dan rinci produk Anda sendiri, lalu kenalilah tipe dan segmen konsumen Anda. Pelajari dan pahami kesesuaian keduanya. Dengan pemahaman akan produk Anda, tipe dan segmen konsumen Anda, serta keselarasan di antara keduanya, Anda bisa memperoleh bayangan prospek pemasaran produk Anda ke depannya.
  2. Karena usaha apapun, biarpun usaha itu unik sekalipun, sangat mungkin memancing persaingan, maka identifikasikanlah secara lengkap kompetitor Anda: siapa saja mereka, bagaimana mutu produk mereka, serta apa kelebihan dan kekurangan mereka. Akan tetapi, segala potensi dan kelebihan Anda sendiripun, dari segi produk atau pelayanan atau pemasaran, harus Anda kenali juga. Bandingkan keduanya. Setelah mendapat gambaran yang komplet tentang persaingan pasar, tentukanlah strategi yang tepat agar produk Anda dapat bersaing.
  3. Deskripsikan secara jelas dan menyeluruh tentang usaha Anda sendiri. Lokasi perusahaan Anda, sektor usaha Anda, produk yang Anda produksi dan layanan yang Anda tawarkan, modal yang Anda miliki dan investasi lainnya, analisa pasar yang Anda lakukan, proyeksi perolehan laba dan kembalinya modal, manajemen perusahaan, serta strategi pemasaran. Semua itu harus Anda rincikan dan kenali.
  4. Buatlah business plan sebaik, seteratur, dan seprofesional mungkin dengan meminta bantuan konsultan marketing. Sukses-tidaknya bisnis Anda sedikit-banyak ditentukan juga oleh penyusunan business plan yang Anda lakukan, karenanya, business plan tersebut harus rapi, mudah dibaca dan dimengerti, juga memiliki parameter yang jelas.
  5. Bilamana perusahaan Anda membutuhkan tambahan dana, berkonsultasilah dengan konsultan marketing Anda untuk mempertimbangkan untung-ruginya dan siapa pemodal yang tepat. Hampir selalu investor menginginkan keuntungan imbal-balik tatkala menyuntikkan dana. Anda mesti memastikan solusi yang menguntungkan bagi kedua pihak: sang penyandang dana dan Anda sendiri.
  6. Siapkan plan B, rencana cadangan. Selalu. Karena, dalam dunia bisnis yang penuh halangan, rintangan, dan hambatan, selalu terdapat kemungkinan besar untuk terjadinya hambatan dan bahkan kegagalan pada perencanaan yang pertama dijalankan. Maka, business plan seharusnya dibuat secermat dan seakurat mungkin, selain juga menyiapkan planning alternatif.

Sukses Berbisnis dengan Memanfaatkan Jasa Konsultan Marketing

Pebisnis yang baik selalu mempersiapkan perencanaan dan strategi yang jitu sebelum memulai langkah riil di lapangan. Pasalnya, pebisnis itu bukanlah seperti pedagang, cuma memproduksi barang dan kemudian menjualnya, tanpa pemikiran dan pertimbangan matang demi kemajuan dan kelanggengan bisnis.

Menurut Veronica Ratna Ningrum, wanita konsultan marketing yang namanya kian berkibar di media massa dan di situs agensi naskah Indsript Creative, terutama karena profil dan tulisan-tulisannya dimuat di sub-bagian Personal Branding Agency, kesuksesan bisnis, terutama dalam hal penjualan, membutuhkan strategi dan planning yang matang secara menyeluruh. Pada titik inilah pebisnis memerlukan bantuan seorang konsultan marketing.

Kendati lebih banyak bergerak di balik layar, pekerjaan konsultan marketing sangat berperan dalam kesuksesan bisnis. Menyadari hal tersebut, Veronica terus berupaya mengaktualkan keilmuannya, mengikuti perkembangan Ilmu Ekonomi, terutama dalam bidang Manajemen dan Bisnis, supaya tidak ketinggalan zaman. Dengan begitu, ia bisa tetap memberikan yang terbaik untuk kliennya. Alhasil, kegigihan wanita ini membuahkan kepercayaan dari banyak lembaga perbankan besar nasional dan asing yang memakai jasanya.

Memangnya, apa saja peran konsultan marketing itu? Dalam semua tahap yang dilalui sebuah bisnis, mulai dari proses produksi sampai dengan proses pemasaran.

Dalam tahap paling awal, waktu produk akan dan sedang diproduksi, konsultan memberi pengarahan kepada pebisnis dalam menentukan desain bentuk dan kemasan produk, sebab kedua hal tersebut penting sekali dalam menarik minat konsumen. Selain itu, konsultan marketing mengadakan studi dan riset mendalam mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan konsumen, contohnya apa yang diinginkan dan dibutuhkan banyak orang, tipe-tipe konsumen berikut selera masing-masing, dan segmentasi pasar. Selanjutnya, hasilnya diajukan sebagai masukan bagi pebisnis dalam merancang produk.

Ketika memasuki tahap marketing, konsultan mendampingi pengusaha saat menentukan strategi marketing. Pemasaran begitu penting, karena produk sebagus apapun tidak akan laku di pasaran bilamana pemasarannya tidak memadai. Konsultan marketing akan mempelajari apa saja celah yang dapat dimanfaatkan untuk memikat konsumen sehingga produk tersebut menjadi banyak dibeli dan bahkan menjadi tren. Kemudian, barulah konsultan menyusun strategi pemasaran yang benar-benar pas, untuk selanjutnya diajukan kepada pebisnis.

Di samping mendampingi pebisnis, konsultan marketing juga berfungsi sebagai think-tanker, memberi gagasan-gagasan baru dalam hal menjalankan roda bisnis, mengenai kemungkinan pengembangan dan diversifikasi produk, berkaitan cara-cara memangkas biaya-biaya yang tidak perlu dalam budget belanja perusahaan, dan tentang bagaimana supaya konsumen menjadi lekat dan loyal pada produk pebisnis.

Singkatnya, jelas Veronica, pelaku dunia usaha diuntungkan dengan adanya konsultan marketing. Mereka jadinya tidak harus memikirkan banyak hal, terutama yang berhubungan dengan kemajuan dan perkembangan bisnis, karena sudah dibantu konsultan marketing selaku partner profesional.