#MyBCAexperience #InovasiBCA
Fakta memang tidak bisa
dibantah. Kita hidup di hari ini. Kita juga pasti berharap dapat terus
melanjutkan hidup sampai tua. Jadi, dengan kata lain, kita mengharapkan hidup
di masa depan pula. Akan tetapi, fakta juga mengatakan, banyak dari kita yang
hidup di masa lalu. Untuk masa lalu. Terjebak pada masa lalu. Sebagai contoh,
kalau kita tidak memanfaatkan zaman dan perkembangannya, itu berarti kita
membiarkan diri kita dipenjarakan oleh masa lalu. Jangan salah tanggap juga.
Bukan artinya kita boleh menjadi korban zaman. Terbawa arus zaman. Diperbudak
oleh zaman. Bukan itu yang benar. Melainkan, kita harus tetap menjadi tuan atas
diri kita sendiri dan atas zaman di mana kita hidup. Jadi, adalah kewajiban
kita untuk memperhamba zaman bagi kehidupan diri kita, keluarga kita,
lingkungan kita, bangsa kita, dan dunia tempat kita tinggal. Jikalau kita tidak
memanfaatkan zaman di mana kita hidup, maka itu artinya kita melalaikan
kewajiban kita terhadap diri, keluarga, lingkungan, bangsa, dan dunia kita.
Sekaligus, terhadap Tuhan.
Oleh sebab itu, aku pun
berusaha seoptimal mungkin memanfaatkan segala yang disediakan oleh zaman,
bukan hanya untuk meningkatkan kualitas hidupku, melainkan juga kualitas hidup
keluargaku, lingkunganku, dan Indonesia-ku. Salah satu ciri khas dari
kemutakhiran zaman kita saat ini adalah sedemikian majunya teknologi digital
dan elektronik. Tidak saja matra komunikasi dan informasi saja yang dirambah,
dipercanggih, dan dipermudah oleh teknologi digital dan elektronik, matra
sosial-perekonomian pun demikian. Transaksi sekarang ini serba elektronik dan
digital. Serba non-tunai. Serba terkomputerisasi. Dengan begitu, banyak sekali
proses kehidupan kita yang bisa sangat dipersingkat waktu pelaksanaan
prosedurnya. Membayar tagihan dan membayar apapun sekarang bisa secara
elektronik. Membeli dan memesan apapun juga. Malahan, banyak di antaranya yang
dapat kita lakukan bahkan tanpa keluar rumah. Karena itulah, aku tidak ingin
kelewatan satupun dari semua itu. Sebab, dengan banyak menghemat waktu semacam
itu, lebih banyak lagi waktu untukku melakukan hal lain yang produktif namun
yang sekaligus juga kusukai. Seperti menulis, membaca, berdiskusi dengan banyak
kalangan, dan bercengkerama dengan keluarga serta orang terkasih. Atau
kegiatan-kegiatan lainnya lagi yang serupa. Sambil membayangkan, bila pada
hari-hari ini saja, aku sudah cukup dapat merasakan meningkatnya kualitas
hidupku, keluargaku, dan lingkunganku dengan kemajuan teknologi, apalagi di
masa depan.
Yang tidak boleh dilupakan juga adalah bahwa masa depan itu identik dengan kesadaran. Pertama, kesadaran akan pentingnya keterbukaan, kejujuran, dan transparansi, yang mana semua itu merupakan tuntutan dari kredibilitas dan akuntabilitas diri kita sendiri. Kedua, kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan.
Bentuk paling utama dari
realisasi tindakanku memanfaatkan zaman dan teknologinya demi perbaikan mutu
hidupku dan orang-orang di sekitarku adalah dengan memanfaatkan semua fasilitas
yang disediakan Bank
Central Asia (B.C.A.). Sebab, dengan B.C.A., tidak hanya aku dapat terus termotivasi untuk kian meningkatkan kredibilitas dan akuntabilitas diriku, tetapi juga aku akan terus meningkatkan peranku dalam melestarikan lingkungan, yakni lewat transaksi yang tidak membutuhkan banyak energi untuk kendaraan bermotor (karena bisa bertransaksi dari rumah sekalipun) dan transaksi yang tidak membutuhkan banyak kertas (karena memang tidak perlu lagi banyak kertas sebagai print-out).
Aku menjadi nasabah B.C.A.
sejak baru masuk kuliah. Buka rekening di Tabungan Hari Depan (Tahapan) B.C.A.
beberapa tahun sebelum Krisis Moneter 1998. Beberapa alasan utamaku memilih B.C.A.
ialah karena jaringannya luas, ketersediaan mesin Anjungan Tunai Mandiri (A.T.M.)-nya
sangat banyak, dan reputasinya terpercaya. Sebagai mahasiswa yang menjadi perantauan
dan anak kos pada waktu itu, aku sangat bergantung pada semua alasan tersebut. Terutama
soal ketersediaan A.T.M. yang banyak dan merata. Maklum, selaku remaja, kontrol
diriku saat itu kadang suka longgar. Melihat makanan, minuman, atau apa saja
yang menarik bagi mata, langsung kubeli. Tanpa perhitungan lagi atas kondisi
keuangan. Karena itu, untuk mendisiplin diri, aku sengaja membawa uang tunai di
dompet hanya secukupnya saja untuk ongkos dan makan satu-dua kali. Sisanya
tetap kubiarkan tersimpan di tabungan. Jadi, kalau butuh beli makan
selanjutnya, atau ada suatu keperluan lain, aku pun mau-tak mau harus berjalan
ke A.T.M. terdekat untuk mengambil uang. Sekalian supaya aku lihat sendiri,
berapa sisa saldoku. Dengan bisa melihat sisa saldo, aku pun otomatis akan
berhitung, bagaimana supaya uang yang masih ada itu bisa mencukupi untuk semua
biayaku sampai datangnya kiriman berikutnya dari orangtuaku, yang biasanya di
awal bulan.
Tetapi, maklum, selaku
manusia biasa, apalagi dulu ketika masih remaja, aku sering melakukan
kesilapan. Termasuk dalam penggunaan kartu A.T.M. B.C.A.-ku.
Kelalaian itu hampir selalu dalam bentuk tertinggalnya kartu A.T.M. di mesin
A.T.M. saban kali aku habis melakukan transaksi. Atau, kalau tidak begitu,
kartu A.T.M.-ku tertelan akibat kesalahan memasukkan P.I.N. (Personal Identification Number) sebanyak
3 kali, atau karena kekeliruan-kekeliruan konyol lainnya.
Nah, kalau sudah terjadi seperti
itu, aku buru-buru menelepon call center
di Halo B.C.A.
untuk melaporkan kejadian tersebut sekalian memblokir kartu A.T.M.-ku. Kalau dulu,
nomor Halo B.C.A.
500888. Sekarang menjadi 1500888. Meskipun nomornya berubah, pelayanannya tetap
tidak berubah. Tetap ramah, profesional, dan cepat. Jadi, sebagai nasabah, aku
pun merasa aman dan sangat dihargai. Istimewanya, saat aku akhirnya datang ke
kantor cabang B.C.A.
terdekat (atau kalau dulu, ke kantor cabang B.C.A.
yang diberitahukan oleh operator Halo B.C.A.).
Di sana, aku dilayani dengan keramahan, profesionalitas, dan kecepatan yang
sama, namun lebih terasa lagi, sebab aku langsung berhadapan dengan petugas customer service dan langsung
mendapatkan kartu A.T.M. yang baru (atau kalau dulu, kartu A.T.M. yang tertahan
di mesin A.T.M. terkait). Pada akhirnya, kartu A.T.M. B.C.A.-ku
yang berkategori silver pun diganti
dengan kartu Paspor B.C.A.
silver, kartu A.T.M. terbaru dari B.C.A.
yang memfasilitasi berbagai layanan perbankan B.C.A.
dalam melakukan berbagai transaksi, khususnya transaksi secara elektronik.
Entah di mata orang-orang
lain, namun di mataku, pelayanan yang semacam itu selain memang termasuk yang paling
esensial bagi nasabah/pelanggan, juga menjadi bentuk pelayanan yang berwawasan
ke depan. Karena, seiring perkembangan zaman, dunia pun menjadi semakin
menyadari pentingnya penghargaan terhadap manusia dan kemanusiaan. Dan itu,
bagiku, telah dibuktikan B.C.A.
sejak beberapa tahun sebelum era informasi dan komunikasi menjadi seperti
sekarang ini.
Lalu, ke-terdepan-an dan ke-masadepan-an
B.C.A. lainnya yang juga kumanfaatkan ialah berupa fasilitas internet banking dari B.C.A.,
melalui KlikB.C.A.,
untuk memudahkan segala transaksi yang kulakukan. Guna dapat menginisiasi
fasilitas tersebut, aku pun mendatangi kantor cabang B.C.A.
terdekat. Kembali aku menikmati kemudahan dan keramahan layanan B.C.A.,
terutama para pegawainya di kantor cabang tersebut. Aku pun diberikan alat key B.C.A.,
suatu alat yang diperuntukkan khusus bagi transaksi lewat KlikB.C.A.,
yaitu transaksi secara online/internet.
Dengan begitu, aku
melakukan berbagai pembayaran tagihan rutin bulanan (seperti listrik
pascabayar, ledeng, dan telepon rumah), membayar utang kepada orang lain,
mentransfer uang, mencek saldo, dan pelbagai transaksi keuangan lainnya melalui
mesin A.T.M. B.C.A.
atau, lebih gampang lagi, cukup lewat internet di rumah melalui Klik B.C.A.
saja. Tak perlu lagi aku antre lama-lama dan panjang-panjang, bahkan tak perlu
lagi pula aku membuang waktu dan tenaga untuk keluar rumah. Sungguh cara hidup
di masa kini dan di masa depan, bukan?
Bahkan, untuk berbelanja
pun, B.C.A.
memberi kemudahan-kemudahan lain bagiku. Kita semua maklum, mulai di zaman
sekarang dan sekaligus di masa mendatang, berbelanja secara daring/online sudah makin menjadi gaya hidup. Dan
pembayaran secara non-tunai sudah makin pula menjadi kebutuhan. Jadi, walaupun
aku jarang sekali berbelanja secara online,
tetapi cara pembayaran secara non-tunai sudah menjadi bagian gaya hidupku
sehari-hari. Sehingga, selain dengan membayar menggunakan fasilitas Debit B.C.A.,
di mana kartu Paspor B.C.A.-ku
dipakai sebagai kartu debit untuk melakukan berbagai macam pembayaran, aku pun
mulai menggunakan kartu Flazz dari B.C.A.,
sebuah produk uang elektronik yang termasuk paling awal muncul di negeri kita. Apalagi,
karena aku kerap berkunjung ke Jakarta, kota megapolitan yang transportasi
publiknya telah menerapkan sistem pembayaran secara elektronik melalui uang
elektronik.
Semua "peralatan perang" yang kudapatkan dari B.C.A. demi kehidupan masa kini dan masa depanku (Sumber foto: koleksi pribadi, nomor-nomor kartu sengaja kusamarkan demi alasan keamanan) |
Belakangan, aku pun
mempertimbangkan untuk memanfaatkan pula dompet elektronik Sakuku yang
diproduksi B.C.A.
untuk kian membawaku ke masa depan yang lebih optimal. Sebab, setelah
kupikir-pikir, memang ada baiknya juga aku memanfaatkan gadget dan teknologinya untuk bertransaksi. Dengan mengunduh
aplikasi Sakuku dari B.C.A.
pada telepon genggam pintar, kita bisa bertransaksi secara lebih mudah, cepat,
dan aman lagi. Terlebih, saldo Sakuku bisa dicairkan pula menjadi uang tunai di
mesin A.T.M., bila sewaktu-waktu kita membutuhkan uang tunai.
Yang pasti, sampai
sekarang, dan aku yakin nanti-nanti pun, belum dan tak akan menjadi
pertimbanganku untuk melepaskan B.C.A.
dari kehidupanku, keluargaku, dan orang-orang tercintaku, berhubung mereka juga
semuanya menggunakan B.C.A.
dalam rutinitas mereka. Karena, kebutuhan kehidupan dan gaya hidup di masa
depan, sampai saat ini tetap terbukti dapat diwadahi oleh B.C.A.
melalui berbagai fasilitas dan produknya.