Senin, 14 April 2014

Inspirasi Kesetiaan bersama Cap Kaki Tiga


Setia. Siapa yang masih begitu? Manusia zaman sekarang sukar mengindahkan arti komitmen. Kesetiaan dan kata "setia" bagai barang langka. Kita menjadi manusia yang jauh lebih cepat jenuh dan bosan akhir-akhir ini. Kesenangan sendiri atau hedonisme menjadi dewa. Sehingga bertahan pada seseorang dan sesuatu yang sudah kita pilih dan yang padanya kita ikatkan diri kita sendiri dulu adalah pembuang-buangan waktu saja. Segera saja kita "pindah ke lain hati" ketika sudah tidak cocok lagi, dalil yang paling sering kita kumandangkan sebagai alasan.

Manfaat. Ini juga telah sering pergi dan jarang ditemui belakangan ini. Bagaimana mungkin kita bisa memberi manfaat bagi orang lain, sedangkan untuk setia saja kita tidak mau?

Kesetiaan berbuahkan manfaat. Itu niscaya dan pasti! Kita simak cerita salah seorang anggota keluarga besar saya berikut ini.

Adik perempuan nenek saya telah tiada sejak dua dasawarsa silam. Namun, kisah kesetiaannya menjadi buah bibir dan teladan bagi keluarga besar kami sampai dengan saat ini. Oma Ong, begitu kami para cucu dan cucu-keponakannya biasa memanggil beliau, menikah pada usia muda. Enam belas tahun. Dijodohkan, sebagaimana lazimnya masyarakat kita melakukannya pada anak-anak gadis yang sudah beranjak puber dalam keluarga mereka, sesuai tradisi khas era awal-awal abad ke-20 yang lalu, terutama mereka yang berketurunan Tionghoa. Seorang putera saudagar keturunan Tionghoa dari Cilincing-lah pria yang beruntung mendapatkan Oma Ong yang saat itu masih sangat muda dan teramat cantik. Memasuki usia ke-2 pernikahan mereka, suami Oma Ong kepincut pada perempuan lain. Tanpa menghiraukan perasaan nenek-bibi saya dan puteri mereka yang ketika itu belum juga berumur 1 tahun, lelaki tersebut membawa selingkuhannya itu tinggal di rumah mereka!

Kontan, seluruh keluarga besar kami berang tak kepalang! Bagaimana tidak? Selama perjalanan perkawinan yang masih seumur jagung itu, bukannya memberi nafkah, suami Oma Ong justru memeras harta-benda Oma Ong, yang Oma dapatkan dari berbagai sumber, entah itu berupa harta yang diturunkan dari ibunya (nenek buyut saya), atau perhiasan hadiah perkawinan dari keluarga besar, atau juga uang yang didapat tiap bulan dari bagi hasil keuntungan bisnis keluarga besar ayahnya (kakek buyut saya). Padahal, sang suami berasal dari keluarga yang lebih kaya lagi. Tapi, pria tersebut memang tidak pernah mau bekerja. Dipercayakan banyak toko dari ayahnya, malah habis dalam waktu tak terlalu lama untuk modalnya berjudi, mabuk-mabukan, dan main perempuan.

Satu hal yang mungkin masih bisa dikatakan sebagai "untungnya" bagi Oma adalah bahwa sang suami tidak pernah melakukan kekerasan terhadap Oma Ong, juga pada anak mereka. Namun, siapapun bisa membayangkan, itu tidaklah mengurangi rasa sakit hati bilamana kita ada di posisi Oma Ong.

Akan tetapi, berhubung rumah yang ditempati keluarga baru tersebut adalah pemberian orangtua sang suami, atas nama si suami pula, maka, tanpa menunggu diusir terlebih dahulu, Oma Ong berinisiatif pergi dari situ. Belakangan, sang oma bercerita kepada kami, keluarganya, alasan angkat kakinya beliau waktu itu sama sekali bukanlah lantaran sakit hati telah disewenang-wenangi dan diduakan. Melainkan supaya anak mereka, tante saya, yang pada waktu itu masih bayi, tidak terkotori mata dan hatinya oleh kemaksiatan yang terjadi di sekitarnya.

Oma Ong bersama tante saya yang masih kecil itu tinggal di sebuah kamar kontrakan kecil, tak jauh dari rumahnya semula bersama si suami. Kenapa? Karena, supaya memudahkan Oma Ong bolak-balik dari kontrakannya ke rumah suaminya itu. Pasalnya, Oma Ong tetap melayani kebutuhan pokok suaminya tiap hari! Ya makanannya, ya pakaiannya, ya kebersihan rumah itu juga. Bahkan, maaf kata, juga dalam urusan kebutuhan biologis sang suami! Dan yang membuat keluarga nenek saya tidak habis pikir (dan bahkan banyak yang mengamuk dan mengata-ngatai Oma Ong!) adalah ini: bukan cuma makanan dan pakaian suaminya saja, tapi Oma Ong juga menyediakan makan bagi wanita selingkuhan dan peliharaan sang suami itu, serta mencucikan bajunya juga! Banyak tahun kemudian, tak lama menjelang akhir hidupnya yang luar biasa, Oma Ong menerangkan, semua itu dilakukannya tidak lain adalah untuk mengikuti keyakinan imannya, di mana Oma percaya, kejahatan haruslah diimbangi dengan kebaikan dan kebenaran. Jadi, harus setimbang dan setimpal. Ada kejahatan menimpa kita, kebaikan sebesar itulah yang jadi balasan kita. Begitu prinsip Oma Ong sejak muda!

Apakah dengan melakukan seperti itu, lantas sang suami jadi serta-merta sadar dari kelakuannya, begitu pula dengan perempuan selingkuhannya? Sama sekali tidak! Yang ada malah perempuan piaraan sang suami itu justru semakin berani kurang ajar pada Oma Ong! Kian lama, Oma Ong kian seperti budak dalam pemandangannya! Walaupun sang suami tidak seperti itu, akan tetapi, mencegah selingkuhannya agar tidak kurang ajar pada isterinya sendiri pun tidak. Memang, kesan saya pribadi, begitu juga pendapat semua saudara saya, suami Oma itu tipe lelaki yang lembeknya bukan main tapi juga sekaligus liciknya minta ampun. Kami hampir yakin, laki-laki itu tidak pernah menceraikan Oma Ong karena memang merasakan manfaat yang besar dari perbuatan-perbuatan baik dan setia isterinya itu. Lagian, tiap bulan tetap ia minta jatah duit dari sang isteri, seperti sudah tidak punya rasa malu lagi! Maka, kalau dia menceraikan Oma, dari mana sumber keuangannya untuk hidup dan menghidupi selingkuhannya sehari-hari? Dan siapa yang mengurus makan, minum, pakaian, dan kebersihan tempat tinggalnya?

Tiga puluh tahun kemudian. Sang isteri masih setia melayani. Ditambah pula dengan anak perempuan semata-wayang mereka, tante saya. Perempuan selingkuhan itu sudah lama meninggalkan pria itu. Tak tahu apa penyebabnya, suatu pagi, laki-laki itu ambruk di kamar mandi. Darah segar termuntah dalam jumlah besar dari mulut dan hidungnya. Stroke. Dan dalam beberapa hari saja, dia lumpuh total dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Dan Oma Ong bersama Tante Mey, puteri beliau satu-satunya itu, makin giat dan setia melayani suami dan ayah mereka.

Dan inilah manfaat yang paling jelas dari kesetiaan Oma Ong beserta Tante Mey. Pertobatan! Satu jiwa terselamatkan, kembali berdamai dengan Tuhannya, dirinya sendiri, dan isteri-anaknya. Dua minggu mengalami keadaan tak berdaya total semacam itu, sang suami akhirnya pecah tangisnya. Dia sangat terguncang oleh kesetiaan tulus dari isteri dan anaknya. Kesetiaan yang jauh lebih tangguh ketimbang pengkhianatannya! Lelaki itu mengaku kalah. Dia mengaku salah. Menyadari bahwa semua yang diperbuatnya selama hampir empat dekade itu adalah dosa yang luar biasa besar dan keji. Tapi semua dapat diampuni. Kasih dan setia selalu jauh lebih besar daripada kejahatan dan pengkhianatan.

Dalam damai pria itu berpulang, tepat sebulan kemudian. Penuh pengampunan. Bersih dari segala kesalahan dan penyesalan. Ditebus oleh "setia", dalam berkorban maupun dalam menahan nyeri, dalam janji suci pernikahan maupun dalam menjaga rasa hormat sang anak pada ayahnya. Sebuah manfaat bahkan sudah dapat diamati jauh sebelumnya. Ya itu tadi, bukan hanya rasa hormat pada orangtua yang terjaga, namun segala kemuliaan akhlak jadinya dimiliki oleh Tante Mey, berkat teladan kesetiaan dan pendidikan penuh kasih dari ibunya.

Memang, sekali lagi, kesetiaan itu jelas memberi manfaat besar. Seperti halnya Larutan Cap Kaki Tiga, yang begitu setia melayani Indonesia. Kompetitor datang dan pergi. Jegalan dan hambatan tak putus-putus hari demi hari. Namun, ketahanan dalam komitmen, alias kesetiaan, tidak pernah sia-sia. Selama 75 tahun, pasti sudah jutaan rakyat Indonesia (bahkan bukan tak mungkin, ribuan orang asing juga) yang telah merasakan manfaat Larutan Cap Kaki Tiga sebagai pengobat dan pencegah panas dalam.

Cap Kaki Tiga dan Oma Ong menjadi bukti bahwa kesetiaan bukan hanya memberi manfaat bagi orang atau pihak lain yang diperlakukan dengan setia oleh pihak yang setia itu saja, akan tetapi, si setia itu sendiri pun mendapatkan manfaat yang tak terhingga besarnya! Selain nama besar yang amat terpercaya, kualitas rasa dan keampuhan Cap Kaki Tiga pun jauh lebih hebat daripada sebelumnya, terus meningkat dan makin terasa oleh konsumen.

Karena itu, setialah! Karena pahala besar berupa manfaat tak terkira akan kita rasakan bagi diri kita sendiri juga, di samping bagi dunia di sekeliling kita juga!

Minggu, 13 April 2014

Alfamart Official Licensed Merchandise FIFA Piala Dunia Brazil 2014

Alfamart SEO Contest 2014
Apa hubungan toko ritel serba ada Alfamart dengan sepakbola? Pertanyaan yang aneh? Tidak juga. Karena, memang ada kesamaan di antara keduanya.

Pertama, keduanya sama-sama memasyarakat, alias dikenal secara begitu luas di manapun. Bukan hanya dikenal dengan baik oleh anggota masyarakat umum, namun orang awam seawam apapun hingga kaum profesional seprofesional bagaimanapun di seluruh pelosok tanah air kita semuanya terlibat aktif dan akrab dengan keduanya. Dalam hal ini, di Indonesia, khususnya. Semua orang Indonesia dari segala lapisan pasti pernah sedikitnya satu kali belanja di gerai Alfamart. Demikian pula, semua orang Indonesia dari semua kalangan tanpa terkecuali tentu pernah setidaknya satu kali bermain atau menonton sepakbola. Bahkan, tidak sedikit yang sering atau bahkan tiap hari belanja di Alfamart. Begitu juga, banyak orang di Indonesia ini yang juga sering atau bahkan tiap hari menonton atau bermain sepakbola.

Kedua, baik Alfamart maupun sepakbola hadir di seluruh penjuru Indonesia, di kota dan juga di desa, dalam jumlah masif, banyak sekali. Di kota, terutama kota besar, paling jauh dalam jarak 5 (lima) kilometer, pasti ada 1 (satu) toko franchise Alfamart. Sepakbola juga seperti itu. Tiap 100 (seratus) rumah, pasti ada 1 (satu) yang di dalamnya tengah disetel pertandingan sepakbola di layar kaca televisi. Atau, dalam radius 5 (lima) kilometer, kita pasti bisa menjumpai ada saja anak-anak atau orang dewasa yang sedang memainkan bola.

Ketiga, sepakbola dan Alfamart sama-sama bersifat egaliter. Menyatukan semua perbedaan, meniadakan semua batas, menghilangkan semua strata. Dalam permainan sepakbola, tidak ada ningrat dan kawula, tidak ada bangsawan dan jelata, tidak ada elit dan awam. Semua manusia mesti menghablur dalam kesamaan dan kebersamaan ketika bermain dan menonton olahraga yang satu ini. Kalau tidak, maka orang tersebut pasti akan mundur sendiri dari sepakbola. Begitu juga dalam Alfamart. Tidak ada gengsi dan malu, tak ada kesombongan dan keminderan, semua orang ingin membeli barang kebutuhan sehari-hari di tempat yang mudah dijangkau dari tempat tinggal atau tempat aktivitas, di mana tempat tersebut juga menjualnya dengan harga yang juga terjangkau, dan kedua kondisi tersebut dapat dipenuhi oleh toko ritel Alfamart.

Keempat, kedua-duanya memenuhi kebutuhan kita. Sepakbola memberikan kepuasan bagi dahaga jiwa manusia akan hiburan yang sportif, yang mewakili dan melambangkan kesosialan manusia, tapi juga sekaligus tetap menyenangkan dan memicu adrenalin. Sedangkan Alfamart memberikan solusi bagi kebutuhan pokok kita sehari-hari dengan menyediakan berbagai komoditas bahan-bahan makanan, pakaian, perlengkapan mandi, peralatan rumah tangga, obat-obatan dan suplemen (seperti vitamin atau minuman penyegar), pulsa telepon selular, dan sebagainya.

Kelima, karena keempat kesamaan di atas, maka baik sepakbola maupun Alfamart sama-sama dicintai oleh begitu banyak orang Indonesia!

Satu lagi kesamaan antara sepakbola dengan Alfamart adalah Piala Dunia FIFA 2014 di Brazil.

Lho?! Kok bisa?! Apa hubungannya Piala Dunia Brazil 2014 dengan Alfamart? Kalau dengan sepakbola, ya tentu saja ada hubungannya! Lha wong Piala Dunia itu ajang kompetisi sepakbola tertinggi di dunia, di mana 32 (tiga puluh dua) negara yang lolos babak kualifikasi dari seluruh dunia akan bertanding dalam putaran final selama sebulan penuh!

Nah, untuk Piala Dunia tahun 2014 ini, ritel Alfamart berhasil secara resmi menjadi rekanan FIFA (official licensed) dalam hal penjualan segala barang pernak-pernik seperti suvenir atau barang pecah-belah lainnya (merchandise) yang berkaitan dengan atau bertemakan Piala Dunia 2014. Tentu, bagi Alfamart, official licensed merhandise Piala Dunia 2014 adalah status yang bergengsi, sebuah kepercayaan yang tidak sembarangan tentunya. Apakah FIFA melihat Alfamart memiliki kelima kesamaan di atas dengan sepakbola? Entahlah. Yang pasti, jika kita adalah orang yang “memiliki ketergantungan” pada Alfamart dan juga menggilai sepakbola sehingga amat sangat antusias menantikan dan menyambut Piala Dunia 2014, tentu kita akan bergairah setiap kali berbelanja di Alfamart!

Bagaimana tidak! Pertama, begitu masuk toko Alfamart di manapun, kita sudah bisa “mencium aroma” Piala Dunia. Nuansa World Cup Brazil 2014 di Alfamart begitu kental. Dalam beberapa kesempatan dan gerai, para pegawai Alfamart mengenakan salah satu kostum atau jersey dari ketujuh negara (Argentina, Brazil, Inggris, Jerman, Belanda, Italia, dan Spanyol) finalis Piala Dunia 2014 yang mewakili para finalis lainnya di Alfamart.

Kedua, di meja kasir ketika baru masuk pintu saja, kita sudah bisa melihat-lihat, memilih-milih, dan kemudian juga membeli beberapa merchandise Piala Dunia Brazil di toko Alfamart. Merchandise-merchandise Piala Dunia Brazil di toko Alfamart menggambarkan simbol-simbol dari ketujuh negara tersebut. Jenis merchandise Piala Dunia Brazil yang dijual di toko Alfamart itu adalah key chain atau gantungan kunci (dibandrol Rp19.900,00 per buah), lunch box atau kotak bekal makanan (Rp19.900,00), premium glass atau gelas cantik (Rp21.900,00), ceramic mug atau cangkir/mug keramik (Rp24.900,00), sport bottle atau botol bekal minuman untuk saat berolahraga (Rp19.900,00), tumbler country atau wadah pencampur/pengocok minuman (Rp29.900,00), towel atau handuk (Rp39.900,00), flip-flop atau sandal jepit (Rp49.900,00), school box atau kotak perkakas sekolah (Rp54.900,00), dan tin coin atau celengan koin (Rp16.900,00).

Terakhir, bukan itu saja. Kita juga bahkan bisa belanja baju sepakbola di Alfamart! Mulai dari cap atau topi yang dijual seharga Rp54.900,00 satunya, children t-shirt atau kaos untuk anak-anak yang dibandrol Rp74.900,00 sehelai, sampai adult t-shirt atau kaos untuk orang dewasa yang bernilai Rp94.900,00 per kaos, dapat kita peroleh dengan mudah di seluruh toko Alfamart. Bahkan, soccer ball atau bola untuk sepakbola pun ada, bisa kita beli dengan harga Rp99.900,00!

Semuanya berlogokan bendera dari ketujuh negara finalis Piala Dunia 2014 di Brazil itu.

Tidak ada yang lebih membahagiakan ketimbang bergabungnya dua atau lebih hal yang paling kita butuhkan dan yang paling dekat dengan keseharian dan kehidupan kita. Jadi, kita, yang mencintai sepakbola dan selalu mengandalkan Alfamart untuk mendapatkan kebutuhan pokok harian kita, pasti akan berbahagia berbelanja di Alfamart pada hari-hari ini. Alfamart, official licensed merchandise Piala Dunia 2014!

Kita bisa mengunjungi http://www.alfamartku.com untuk lebih mengenal Alfamart dan nuansa World Cup Brazil 2014 di Alfamart.

Jumat, 11 April 2014

ASUS Notebook Terbaik dan Favoritku



ASUS notebook terbaik dan favoritku. Perkara notebook terbaik, aku sudah membuktikan sendiri. Ketika mencari dan hendak membeli laptop sebagai alat kerja, pertimbangan prioritasku adalah spesifikasi yang lengkap dan termutakhir, kemudahan dalam penggunaan dan mobilitas, serta hemat dalam hal harga dan pemakaian listrik atau baterai. Berburu informasi ke sana ke mari, melacak mulai dari dunia maya sampai toko komputer, bertanya-tanya pada teman-teman dan saudara-saudara, aku mendapati bahwa secara total, yang memenuhi kriteriaku di atas memang hanya notebook ASUS. Dari awal, sudah mulai terasa bagiku, memang nyaris bisa langsung dipastikan saat itu bahwa ASUS nominator laptop yang paling mungkin menjadi favoritku karena paling besar mencuri perhatianku. Alasanku, ASUS menyediakan lebih banyak alternatif tipe yang dibutuhkan konsumen dari kelompok yang paling “bergantung” pada notebook, yaitu mahasiswa, karyawan, eksekutif, penulis, penggiat kesenian dan ekonomi kreatif, sampai gamers. Sebab, laptop keluaran ASUS sangat lebar range harga, spesifikasi dan desainnya, sehingga bukan cuma kebutuhan namun keinginan dan selera calon konsumen pun dipenuhi. Apalagi, melihat ketersediaan service centre ASUS yang lebih banyak daripada merek lain, jadi untuk mendapatkan layanan purnajual pun konsumen dimudahkan oleh ASUS. Ditambah lagi, semua “narasumber”-ku bilang kalau pelayanan klaim garansi ASUS itu gampang, proses servisnya cepat, dan harga jual kembali laptopnya pun tetap tinggi dibandingkan merek-merek lain. Dengan kesaksian begitu banyak orang, ditambah melihat banyaknya pengakuan berupa penghargaan yang diberikan berbagai institusi terhadap ASUS, pilihan saya pun jadi makin mantap. ASUS notebook terbaik dan favoritku!


ASUS A46C, andalanku dan favoritku
(Foto: koleksi pribadi)


Jadi, perburuanku mulai kuarahkan lebih spesifik. Yaitu khusus membandingkan satu sama lain tipe-tipe notebook ASUS. Dan akhirnya, pada tahun 2013 lalu, pilihanku jatuh pada ASUS A46C. Sebetulnya, pada mulanya ketika masih dalam tahap pencarian laptop, yang kuincar itu yang seri N56. Tapi, waktu itu, seri tersebut sudah tidak diproduksi lagi, jadi sudah sangat sulit dicari karena sudah jarang ada yang memasarkannya juga. Nah, tepat pada waktu itu juga, A46C baru muncul. Pas sekali, ketika kupelajari, yang paling mendekati keinginan dan kebutuhanku selain N56 adalah ya A46C itu. Maka, A46C itulah yang akhirnya kubeli. Memang, spesifikasinya masih sedikit agak kurang dibandingkan N56. Tapi, itu cukup terkompensasi oleh desain A46C yang keren. Tipis, simple, elegan! Sehingga kesan muda dan dinamis yang terpancar dari rancangannya menjadi melekat juga pada pemakainya. Apalagi, keyboard-nya yang bukan cuma terlihat mewah, sophisticated, dan mentereng, tapi juga enak digunakan. Desain seperti itu juga tampak berkelas, jauh dari kesan norak atau aneh yang biasanya diakibatkan terlalu “rame”-nya warna, motif, lekukan, ornamen, atau hiasan-hiasan tak perlu lainnya pada case. Dan, terutama, desain sedemikian itu juga ternyata berimbas pada bobot. ASUS A46C tersebut jadi enteng. Sehingga enak dibawa ke manapun. Tidak membebani. Apalagi, pekerjaanku sebagai penulis dan pekerja kreatif mengharuskanku selalu siap dengan “alat-alat perang” di manapun dan kapanpun. Sebab, ide bisa muncul di kepala kapan saja dan inspirasi bisa tahu-tahu datang dari mana saja. Tanpa permisi dan tanpa pemberitahuan sebelumnya. Bila saat-saat seperti itu tiba, kalau aku tidak siap segera menuangkannya menjadi tulisan, rugi sendiri aku. Menunda menuliskan semua gagasan dan inspirasi yang muncul itu sampai momennya berlalu, itu sangat kuhindari, karena rasa dan jiwa (feel and soul) dari kisah tersebut sudah tidak ada lagi. Karena itu, aku merasa sangat terbantu setelah mempunyai ASUS A46C ini. Ditambah, dengan prosesor Intel Core i7, prosesor yang paling canggih bahkan hingga saat ini, juga berbekalkan memori 4 GB, desainnya menarik pula, serta dibandrol dengan harga yang terjangkau, jadilah ASUS 46C ini andalanku! ASUS notebook terbaik dan favoritku!


Kerennya ASUS A46C, salah satunya terlihat dari keyboard-nya
(Foto: koleksi pribadi)

Rancang bangun ASUS A46C yang tipis sehingga ringan dalam mobilitasnya
(Foto: koleksi pribadi)


Aku tidak kecewa. Ekspektasiku terpenuhi. Semua omongan orang bukan sekadar promosi. Memang notebook ASUS terbukti cukup handal. Berhubung belum pernah ada keluhan, aku memang belum merasakan sendiri layanan purnajual ASUS. Tapi, bukan berarti aku belum pernah melihat bukti kehebatannya sama sekali. Sering, malah, kusaksikan teman-temanku membawa laptop ASUS mereka ke service centre, sebab, aku ikut mengantar mereka. Namun, belum pernahnya aku menyervis sendiri laptop milik pribadiku itu justru menunjukkan bukti lain. Terbukti sesumbar ASUS dan kata semua orang bahwa produk ASUS itu, termasuk notebook-nya, sangat tahan banting dan awet, juga efisien. Bagaimana tidak. Aku sehari tidur paling banyak 5 jam. Jadi, minimal 19 jam aku melek. Dan selama aku melek, selama itulah laptopku kunyalakan terus. Bukan sekadar dianggurkan. Ketika aku sedang tidak mengetik atau mengerjakan apapun dengan laptop itu, berhubung sedang ada kesibukan lain, laptop itu menjadi 2 hal. Pertama, jadi barang pinjaman keponakan-keponakanku, entah untuk main game, menyetel video dan musik, ataupun mengerjakan tugas kuliah keponakanku yang tertua dan bahkan dia sampai membawanya ke kampus juga sesekali. Kedua, jadi pemutar musik olehku sendiri, supaya tidak sepi dan untuk mengusir suara-suara anak-anak kecil tetangga dan keponakanku sendiri yang kurasa cukup mengganggu. Dengan kata lain, A46C-ku itu nyaris tidak pernah kubiarkan menganggur barang sedetikpun. Tapi, saat aku sedang di luar rumah, di tempat di mana sulit mendapatkan tempat mencolok listrik, laptopku itu tetap dapat dipakai berjam-jam tanpa keluhan lekas low-batt. Memang, ASUS notebook terbaik dan favoritku!


Biarpun "ampun-ampunan" dipakai, laptop ASUS A46C ini tetap efisien dan tahan banting
(Foto: koleksi pribadi)