Pencarian terbesar manusia salah satunya adalah untuk diri sendiri. Pencarian tersulit manusia juga salah satunya adalah untuk diri sendiri. Mengapa sebegitu penting pencarian diri ini? Namun pertanyaan yang lebih terarah dan lebih penting adalah: mengapa kita melakukan pencarian diri?
Apa itu "diri"? Itulah pertanyaan sesungguhnya. "Diri" menunjuk kepada hubungan. Konsep "diri" muncul dari kesadaran akan relasi. Manusia adalah makhluk moral, dan makhluk moral adalah makhluk yang berkesadaran akan hubungan. Hubungan itu menyangkut intisari dari segala sesuatu. Sering kita berkata tentang mencari makna. Itu akan menjadi usaha sia-sia selain kita sudah mengerti tentang hubungan. Karena dari hubunganlah lahir makna.
Pengertian kita tentang hubungan sudah hablur akibat dosa. Otomatis, karena itu, pengertian tentang makna dan tentang diri pun ikut kacau. Satu-satunya jalan untuk mencapai pengertian tentang hubungan adalah dengan terlepas dari dosa. Kebebasan sempurna dari dosa membuat pengertian kita akan hubungan juga menjadi sempurna. Sehingga dengan demikian, kita mendapat kembali makna dan diri.
Pertanyaan pamungkas, sekaligus pertanyaan kuncinya, adalah bagaimana bisa terlepas dari dosa? Bagaimana bisa merdeka secara total darinya? Apakah perbuatan baik bisa membebaskan kita dari dosa? Ada pemahaman, amal baik dapat mengimbangi dosa, semacam pembayaran utang. Bisa benar, bisa juga tidak. Masalahnya, bukan soal apakah dosa itu terbayar atau tidak, tapi apakah dosa itu mau membebaskan kita dari cengkeramannya atau tidak. Dan jawaban yang pasti adalah "tidak"! Mengapa? Sebab jika dosa mau membebaskan kita dari kekuasaannya, maka berarti dia melepaskan kita untuk berada di tangan kekuasaan musuhnya, yaitu kekudusan. Manusia tidak bisa tidak menjadi hamba dari siapa pun. Kalau tidak menjadi hamba kekudusan, kita pasti adalah hamba dosa. Tidak ada alternatif lain.
Hanya satu kekudusan, yaitu Allah sendiri, Tuhan Sang Pencipta segala sesuatu. Dia bukan sekadar sumber kekudusan: Dialah Kekudusan itu sendiri. Dan Ia itu musuh dosa.
Jadi, satu-satunya jalan untuk terbebas dari dosa adalah jika Tuhan membebaskan kita. Apakah Dia mau melakukan itu? Ya, Dia mau! Dia bahkan sudah membayar harganya: Anak-Nya sendiri, Sang Allah Putera, dikorbankan! Sang Anak Allah datang ke dunia, menjadi manusia Yesus Kristus, cuma untuk satu tujuan: membebaskan manusia umat-Nya dari dosa, supaya umat-Nya itu dapat kembali kepada Sang Kekudusan, yaitu Allah. Kematian Yesus Kristus di salib melepaskan rantai-rantai perbudakan dosa siapa pun yang menerima-Nya dengan iman. Dengan percaya kepada Ketuhanan Yesus Kristus dan kemanusiaan-Nya yang telah mati di salib untuk menebus kita dari dosa sajalah kita akan benar-benar terbebas. Dan kita terbebas untuk kembali kepada hakekat semula kita, yaitu menjadi milik Allah sepenuhnya.
Dengan kata lain, penebusan Kristus membawa orang-orang yang percaya kepada-Nya kepada kesejatian hubungan. Iman umat-Nya memberi pengertian yang benar akan hubungan, semata-mata karena mereka sudah kembali kepada hubungan yang benar dengan Sang Sumber. Dari hubungan yang dipulihkan dengan Allah, hubungan kita dengan segala sesuatu menjadi benar pula. Hubungan yang benar menjadikan pengertian tentang makna dan diri menjadi terbuka. Sehingga, sekarang tersibaklah bahwa makna yang sebenarnya adalah segala sesuatu yang dihubungkan dengan Diri, maksud, dan kehendak Tuhan sendiri. Dan diri yang sebenarnya adalah keberadaan kita sebagai ciptaan, umat tebusan, dan hamba-Nya, yang harus melayani-Nya, karena pelayanan kepada-Nya adalah sukacita terbesar dan sukacita yang sejati. Dialah Keindahan itu sendiri. Dialah Sang Kemuliaan. Jadi, dengan melayani-Nya, kita berarti menikmati Diri-Nya yang adalah Keindahan dan Kemuliaan.
Dari semua itu, kita dapat ambil simpulan: kita akan mendapatkan diri kita saat kita menyerahkan-Nya kepada Dia, Allah Bapa, Putera, dan Roh Kudus, yang menciptakan kita dan segala sesuatu yang lain untuk Diri-Nya sendiri. Pada waktu kita kehilangan diri kita di tangan-Nya, secara ajaib pada saat yang sama kita mendapatkan diri kita kembali. Mendapatkan Allah berarti mendapatkan diri kita sendiri.
Hanya Dia, Allah yang menyatakan Diri dalam keberadaan Tuhan Yesus Kristus, Sang Allah-Manusia, yang berhak atas segala hormat, kemuliaan, dan keutamaan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar