Senin, 17 Oktober 2011

Belum Cocok


Bila mendengar kata 'polisi', biasanya yang terbayang dalam benak kita adalah sosok pria/wanita bertopi, berseragam coklat, bertampang sangar, bersuara galak, dan cenderung gampang disogok di jalan. Tak heran, citra buruk melekat pada diri polisi, khususnya polisi lalu lintas.

Namun, saya pernah bertemu seorang polisi lalu lintas yang beda dari yang lain. Selera humor, kearifan, dan kebaikan hatinya memberikan kesan bagi saya bahwa tidak semua polisi buruk. Ini terjadi pada suatu pagi di bulan Juni 1996, ketika saya baru duduk di tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung. Waktu itu, saya sedang membawa mobil pacar saya. Dia sedang dirawat di R.S. St. Borromeus. Mobil itu ia titipkan untuk ditaruh di rumah kos saya.

Sepulang menjenguknya di rumah sakit, mobil saya bawa pulang ke kos saya di bilangan Pasteur. Sesampai di perempatan Cipaganti dan Eyckman, lampu merah menyala. Saya berada di belakang dua mobil lain pada lajur kiri, hendak membelok ke Eyckman.

Ketika itu, tiba-tiba saya teringat pada lembar tugas kelompok yang sudah selesai saya kerjakan dan ingin saya serahkan pada teman yang sore itu akan mengambilnya di kos saya untuk diketik. Tadi pagi saya mengerjakannya di kamar inap pacar sambil menungguinya. Masalahnya, saya lupa apakah lembar itu sudah saya masukkan ke tas atau belum!

Waktu itu, handphone masih merupakan barang mewah yang teramat mahal dan terbilang langka, hanya orang-orang kaya yang mempunyainya. Jadi, karena saya dan pacar saya saat itu belum mumpuni untuk memiliki handphone, saya tidak bisa menghubunginya, baik telepon langsung maupun S.M.S., untuk menanyakan apakah lembar itu tertinggal di kamarnya atau tidak. Maka, mulailah saya sibuk membuka tas dan mencarinya. Jadinya tidak sadar bahwa lampu telah berganti hijau. Untung waktu itu jalanan kota Bandung masih sangat lengang dan lancar, tidak seperti sekarang. Di tengah kesibukan itu, tahu-tahu saya mendengar kaca sebelah kiri diketuk. Saya menengok. "Selamat siang, Dik!" seorang polisi berwajah ramah menyapa dengan sopan. Saat itu saya sadar, mobil-mobil di depan sudah tidak ada! Sementara lampu kembali merah.

Menyadari kesilapan saya, dengan gugup saya buka kaca lalu berusaha menjelaskan pada Pak Polisi itu duduk permasalahannya. Mendengar itu, dengan mata berkilat jenaka si polisi berkata, "Oh, saya kira Adik merasa warnanya belum ada yang cocok." (Maksudnya warna lampu lalu lintas). Dia terbahak. Saya pun ikut tertawa getir dan miring karena malu. Lampu kembali hijau. Beliau menyilakan saya jalan terus. Saya pun mengucapkan terima kasih dengan lega sambil berlalu.

4 komentar:

inonugo mengatakan...

...ghiahahaaha....lucu bang.
Enak kalau ketemu polisi kayak gitu.

Aji Prast mengatakan...

Jarang-jarang polisi yang baik hati begitu pak, biasanya langsung disodorkan pilihan, mau sidang atau damai saja ..he.he..he.. salam kenal pak, mampir juga dan jadi teman di blog saya. Salam Indonesia

Disabilitas dan Pandangan Masyarakat Mengenainya mengatakan...

Baca juga tulisan saya mengenai disabilitas dan pandangan masyarakat:

"Disabilitas dan Pandangan Masyarakat Mengenainya" (http://samueledward.blogdetik.com/disabilitas-dan-pandangan-masyarakat-mengenainya/)

Unknown mengatakan...

silakan baca juga artikel saya tentang ultrabook terbaru :)