Aku ini penulis. Sudah sejak tahun 2009 kuputuskan untuk terjun
total dalam dunia tulis-menulis. Tapi sayangnya, selama 2 tahun ini, baru 1
(satu) buku yang kurilis. Itu pun melalui penerbitan online, yang kini mulai menjadi trend bagi penulis pemula.
Tapi aku sudah memutuskan dan bertekad untuk tidak terus dan
tetap menjadi penulis pemula dan amatir! Aku ini profesional! Tuhan
menganugerahiku segala kelengkapan untuk menjadi penulis profesional.
Kemampuanku dalam ketepatan ejaan dan tata-bahasa sangat mumpuni. Imajinasiku
tajam, tidak kubiarkan terbelenggu dan tertumpulkan oleh apapun. Ketelitian dan kecermatanku hebat, tidak
terlalu perlu editor manapun untuk mengoreksi tulisanku.
Namun, semua kelebihan itu tertutupi beberapa gelintir
kelemahan saja. Tapi kelemahan-kelemahan itu fatal! Sifat moody, cenderung malas, suka menunda-nunda pekerjaan dan apapun.
Cuma itu. Tapi semuanya mematikan!
Akan tetapi, aku mengucap syukur juga pada Tuhan! Beliau
mengizinkanku sempat dikuasai semua kekurangan dan dosa itu supaya aku jangan
sombong dan tetap mawas diri. Juga agar aku melatih semangat dan jiwa pejuangku
―yang selama ini sudah berpotensi di dalamku, hanya belum kumanfaatkan― untuk
melawan semua itu!
Jadi, pertama, pra-resolusiku untuk tahun 2012 ini adalah
mengembangkan semua kelebihanku, sembari pada saat yang sama merontokkan satu
demi satu kesalahan-kesalahan dan sifat-sifat burukku.
Setelah itu, barulah aku mulai dengan resolusiku. Satu
resolusi berlapis dua!
Lapisan pertama: aku ingin menulis lebih banyak, kemudian
mengompilasikan tulisan-tulisan itu menjadi buku. Bukan lagi buku yang
diterbitkan penerbit online, tapi
yang diterbitkan penerbit berlisensi. Bahkan harus penerbit besar, kutargetkan!
Kutetapkan bagi diriku sendiri limit minimal: paling sedikit, dalam tahun 2012
ini, aku harus menerbitkan 1 (satu) buku fiksi dan 1 (satu) buku non-fiksi. Paling sedikit! Tak
boleh kurang!
Lapisan kedua: buku-buku itu tidak boleh sembarangan! Isinya
harus benar-benar berbobot. Artinya, orang yang membacanya akan mendapat banyak
manfaat. Bukan hanya hiburan belaka, tapi jauh lebih daripada itu! Buku-bukuku
harus mempunyai kualitas sastra yang tinggi! Buku-buku itu juga harus sarat
berisikan nilai-nilai kebajikan dan kebenaran. Solidaritas, toleransi,
persaudaraan, kasih, damai, sukacita, kerendahan hati, kebaikan hati, kemurahan
hati, kesalehan hidup, kegigihan dan ketekunan, penguasaan diri, dan
kebajikan-kebajikan bermahkotakan kebenaran-kebenaran lainnya harus memenuhi
buku-bukuku. Sehingga, setelah orang membaca bukuku, mereka akan senantiasa
tergelantungi paradigma-paradigma baru, yang perlahan-lahan akan melucuti
paradigma-paradigma lama mereka yang keliru. Mengapa begitu? Sebab aku yakin,
perubahan ke arah kemajuan dan kebaikan, terutama di negeri dan untuk bangsa
ini, takkan mungkin terjadi tanpa didahului perubahan mindset.
Perlu kutambahkan, kedua lapisan tersebut memiliki lagi 2
(dua) lapis.
Lapis pertama: untuk merealisasikan resolusiku, aku amat
butuh internet! Pertama, untuk mencari bahan referensi. Kedua, untuk publikasi.
Dan ketiga, untuk mengirim file tulisanku ke email penerbit.
Lapis kedua: ini ada hubungannya dengan lapis pertama.
Kebajikan yang kumaksud juga meliputi semangat cinta lingkungan. Untuk itu,
yang akan kulakukan adalah mengirim tulisan-tulisan pada penerbit-penerbit
berkaliber sebesar mungkin yang menerima kiriman tulisan via email. Selain itu,
kebajikan semangat cinta lingkungan itu juga akan kusebarluaskan dan
kukampanyekan. Dan kembali, penyebarluasan dan kampanye itu memerlukan internet
pula! Jadi, melalui media-media sosial seperti Facebook dan Twitter, akan
terus-menerus kusebarkan imbauan kepada penerbit-penerbit dan media-media cetak
besar agar mau buka hati dan diri untuk semangat cinta lingkungan ini.
Maksudku, selama ini, justru penerbit-penerbit paling besar di negeri inilah
yang paling tidak “cinta lingkungan”, sebab mereka hanya mau menerima naskah
dalam bentuk print-out! Bayangkan! Berapa banyak kertas yang diboroskan kalau
begitu? Berapa banyak pohon yang dikorbankan karenanya? Mengapa tidak
memanfaatkan teknologi, yang secara langsung juga mendorong tindakan yang ramah
lingkungan, yaitu internet, menerima naskah via email? Bukankah selain jauh
lebih baik bagi lingkungan, juga jauh lebih praktis bagi para editor mereka
sendiri, sebab dengan begitu, para editor itu bisa kapan saja menyunting
naskah-naskah yang masuk dengan hanya membuka laptop dan mengoneksinya dengan
internet saja?
Demikianlah resolusiku! Kedua lapisan dan kedua lapis di bawahnya
lagi itu harus terwujud!
Akan kudorong dan terus kupacu diriku demi mewujud-nyatakan
semua itu!
Amin!
7 komentar:
waaahh setuju dech, niat baek pasti akan terlaksana.
Gubuk Ilmu berkata...
waaahh setuju dech, niat baek pasti akan terlaksana.
Terimakasih. Mohon dukungan dan doanya. :)
salut bro.... ane jg pengen jd pnulis tp kayanya ga ada bakat heheheh.......
lisbam berkata...
salut bro.... ane jg pengen jd pnulis tp kayanya ga ada bakat heheheh.......
Terimakasih atas komentarnya. Wah, menurut saya, semua orang bisa jadi penulis. Dan untuk segala hal, bakat perannya cuma 10%, 90%nya lagi usaha.
Sukses! :)
shygit0911 berkata...
wah topik yang mantabb sob..
semoga sukses resolusinya..
kunjungi punya ane juga di
http://sigitirmawan.com/tuntaskan-skripsi-di-2012-my-resolution
tinggalkan komentar yah..
happy blogging.. :)
Terimakasih. Sukses juga untuk skripsi Anda ya. Dan tetap blogging buat bantu mencerahkan bangsa :)
mas ajarin dong gimana jadi penulis.
saya mau juga, tapi ngga tau mulainya gimana...... :(
mellyana berkata...
mas ajarin dong gimana jadi penulis.
saya mau juga, tapi ngga tau mulainya gimana...... :(
Sebenarnya, saya sendiri juga masih terus belajar. Tapi kalau Anda memang ingin jadi penulis, pertama-tama ya harus punya tekad yang kuat & keseriusan yang penuh, jangan tanggung-tanggung.
Dan yang pasti, untuk menjadi menulis, memulainya tidak lain adalah dengan mulai menulis.
Tulislah, teruslah belajar & gali ilmu tentang menulis & kepenulisan dari manapun, dan teruslah asah kemampuan dengan berlatih.
Terimakasih.
Posting Komentar