(Tulisan yang diinspirasikan Komunitas Ngawur, Pusat Teknologi, dan Blogger Nusantara)
Alam sudah semakin rusak oleh ulah kita sendiri. Alih-alih sadar, kita malah tambah gila, perilaku kita kian memperparah kerusakan alam dan lingkungan. Gaya hidup kita serba mencerminkan pemborosan energi dan sumber daya. Kita pakai air tanpa perhitungan, membuang-buangnya secara sia-sia, mengakibatkan sumber air bersih menjadi menipis secara makin cepat. Kalau di tempat kita sudah mengalami kekeringan, baru kita merasakan penderitaan. Dan sedihnya, banyak dari kita tidak kunjung sadar-sadar juga, sebab ketika pindah ke tempat tinggal lain, mereka kembali mengulangi pola hidup boros air mereka. Sebaliknya, kalau alam sudah mengamuk dan membalas, kala air berbalik menyerang kita, membawa banjir dan bah, yang sejatinya adalah akibat perbuatan kita sendiri, kita juga yang menderita. Tapi lagi-lagi, kita tidak sadar-sadar juga, masih juga tidak menghargai air. Bahkan celakanya, saat kita mengalami musibah yang berkaitan dengan air, kita malah menyalahkan Tuhan. Benar-benar kurang ajar kita ini!
Itu baru satu hal, baru masalah air saja. Belum berhubungan dengan sumber-sumber daya lainnya. Rasa-rasanya, tidak ada satu pun sumber daya dan energi yang tidak kita hambur-hamburkan. BBM, listrik, gas, kantong plastik, kertas, dan lain sebagainya, sampai uang, tenaga, dan waktu juga.
Ini tidak boleh kita teruskan! Apa kita mau anak-cucu dan keturunan kita selanjutnya bukan hanya menderita karena perbuatan kita hari ini tapi juga meneruskan pola perilaku merusak kita, yang pada gilirannya, mengakibatkan kerusakan alam dan lingkungan yang lebih bukan kepalang lagi? Kalau kita tidak mau itu terjadi, kita harus berubah. Mulai dari hal yang paling sederhana.... Dan mulai dari sekarang!
Tapi bagaimana kita memulainya...?
Bukankah zaman sekarang adalah zaman di mana manusia mencapai kemajuan teknologi yang paling menakjubkan sepanjang sejarah? Nyaris sulit sekali mencari satu segi dari kehidupan dan dunia kita yang tidak tersentuh kemajuan teknologi. So, kenapa teknologi itu (yang merupakan budak kita, pembantu kita) tidak kita berdayakan semaksimal mungkin buat membantu kita melatih kedisiplinan diri dalam berhemat demi lingkungan?
Salah satu teknologi yang paling mengemuka, paling memasyarakat, dan juga yang paling fleksibel adalah teknologi digital. Teknologi digital memungkinkan keakuratan yang jauh lebih kuat. Teknologi digital juga mendeskripsikan kondisi dengan lebih mendetil, sehingga kita dapat menginterpretasi data secara lebih komprehensif. Dan yang paling istimewa, teknologi digital itu amat simpel, sehingga anak balita dan lansia pun mudah mengerti dan mampu menggunakannya.
Penggunaan teknologi digital dalam wacana pelestarian lingkungan sebenarnya sudah marak. Di pusat-pusat kota besar, pada jalan-jalan protokolnya, kita suka melihat billboard digital kadar kandungan gas dan bahan kimia lainnya di udara, seperti CO2, CO, dan Nitrogen. Lalu, untuk menganalisa air tanah agar kita tahu aman atau tidak untuk dikonsumsi, alatnya juga digital. Dan masih banyak lagi. Nah, 2 contoh alat impian saya untuk melatih kita berdisiplin dalam berhemat ini pun digital.
Tunggu! kata Anda mungkin, ...“alat impian”? Ya. Yah, sebetulnya, tidak sepenuhnya impian sih. Malah, alat yang saya bayangkan itu sebenarnya alat digital yang sudah lumrah dipakai dan kita lihat. Yang menjadi “impian” itu adalah tempat pengaplikasiannya. Cara kerja kedua alat impian saya itu sebenarnya sama. Lingkup aplikasinya pun sama, yaitu untuk pemakaian domestik, artinya: untuk pemakaian pribadi atau untuk kalangan sendiri. Yang berbeda adalah tempat dan obyek pengukurannya: yang satu di rumah, untuk mengukur keluarnya air yang kita gunakan; yang satu lagi di kendaraan bermotor, untuk mengukur bahan bakar yang terpakai.
Alat itu adalah alat yang persis sama dengan meteran di pom-pom bensin. Metode kerjanya pun sama, mengukur aliran cairan. Hanya saja, alat impian saya ini ketelitiannya harus lebih dalam. Alat ini harus dapat mengukur sampai ukuran mililiter (ml/cc), kalau perlu, lebih kecil lagi, 0,01 ml/cc misalnya.
Pertama, di rumah. Alat ini dipasang di setiap keran air pada bagian pangkalnya, tepat di bagian pipa sebelum keni/soket sambungan antara pipa dengan keran. Alat ini akan memperlihatkan berapa banyak air yang mengalir keluar saat kita menyalakan keran. Alat ini juga dilengkapi dengan panel-panel kontrol mikro. Panel-panel mikro itu gunanya untuk menyalakan parameter-parameter tertentu. Misalnya, ada parameter alarm, di mana kita bisa menyetelnya pada volume tertentu; jadi, jika umpamanya kita hendak memakai air tidak lebih daripada 100 liter, kita bisa menyetel alarm untuk volume 80 atau 90 liter, agar kita bisa segera menutup keran sebelum pengeluaran air mencapai 100 liter. Atau, ada parameter penghenti otomatis, yang cara kerjanya mirip dengan parameter alarm, cuma bedanya, parameter ini langsung menghentikan aliran air sesuai volume yang kita set. Atau barangkali, bisa juga ada parameter konversi, yang bisa mengonversi jumlah volume air keluar dengan jumlah rupiah yang harus dibayar (untuk pemakai PDAM; tapi orang-orang yang bukan pemakai jasa PDAM pun tak ada salahnya memanfaatkan parameter ini). Dan panel-panel untuk parameter-parameter lain, yang semuanya bisa ditambahkan sesuai kebutuhan berdasarkan inovasi terbaru. Dengan semua ini, harapannya, kita akan mulai menyadari bahwa setiap tetes air itu berharga, dan kita akhirnya terdorong untuk menghemat pemakaiannya.
Kedua, di kendaraan bermotor. Tidak banyak yang akan saya lukiskan karena prinsipnya sama persis dengan alat yang dipasang di keran-keran air di rumah tersebut di atas, sebab, pada dasarnya, seperti sudah saya sebutkan, kedua alat ini sama. Yang perlu saya tambahkan mungkin adalah bahwa jika kendaraan berbahan bakar listrik (yang saat ini sedang ramai dibicarakan) nanti jadi juga dipasarkan dan sudah banyak digunakan, alat impian saya ini (kalau mau dipasang pada kendaraan listrik juga) harus dimodifikasi, jadi akan mirip metodenya dengan meteran listrik (cuma, mungkin bedanya, kalau meteran listrik yang kita kenal masih analog, alat impian saya itu digital).
Sebagai penutup, saya ingin mengingatkan, alat impian saya ini hanyalah contoh. Seyogyanya, alat serupa juga dapat diterapkan untuk berbagai bidang di segala tempat. Tapi lebih dari itu, saya juga ingin mengingatkan, teknologi apapun, termasuk teknologi digital, sekali lagi, adalah alat bantu kita, pembantu kita; tanpa diri kita sendiri insaf, berbalik dari pola hidup kita yang merusak untuk kemudian memeluk pola hidup yang konstruktif, teknologi digital secanggih apapun takkan memberi kebaikan dan perbaikan apa-apa bagi dunia, terutama bagi bangsa dan negeri kita.
Tunggu! kata Anda mungkin, ...“alat impian”? Ya. Yah, sebetulnya, tidak sepenuhnya impian sih. Malah, alat yang saya bayangkan itu sebenarnya alat digital yang sudah lumrah dipakai dan kita lihat. Yang menjadi “impian” itu adalah tempat pengaplikasiannya. Cara kerja kedua alat impian saya itu sebenarnya sama. Lingkup aplikasinya pun sama, yaitu untuk pemakaian domestik, artinya: untuk pemakaian pribadi atau untuk kalangan sendiri. Yang berbeda adalah tempat dan obyek pengukurannya: yang satu di rumah, untuk mengukur keluarnya air yang kita gunakan; yang satu lagi di kendaraan bermotor, untuk mengukur bahan bakar yang terpakai.
Alat itu adalah alat yang persis sama dengan meteran di pom-pom bensin. Metode kerjanya pun sama, mengukur aliran cairan. Hanya saja, alat impian saya ini ketelitiannya harus lebih dalam. Alat ini harus dapat mengukur sampai ukuran mililiter (ml/cc), kalau perlu, lebih kecil lagi, 0,01 ml/cc misalnya.
Pertama, di rumah. Alat ini dipasang di setiap keran air pada bagian pangkalnya, tepat di bagian pipa sebelum keni/soket sambungan antara pipa dengan keran. Alat ini akan memperlihatkan berapa banyak air yang mengalir keluar saat kita menyalakan keran. Alat ini juga dilengkapi dengan panel-panel kontrol mikro. Panel-panel mikro itu gunanya untuk menyalakan parameter-parameter tertentu. Misalnya, ada parameter alarm, di mana kita bisa menyetelnya pada volume tertentu; jadi, jika umpamanya kita hendak memakai air tidak lebih daripada 100 liter, kita bisa menyetel alarm untuk volume 80 atau 90 liter, agar kita bisa segera menutup keran sebelum pengeluaran air mencapai 100 liter. Atau, ada parameter penghenti otomatis, yang cara kerjanya mirip dengan parameter alarm, cuma bedanya, parameter ini langsung menghentikan aliran air sesuai volume yang kita set. Atau barangkali, bisa juga ada parameter konversi, yang bisa mengonversi jumlah volume air keluar dengan jumlah rupiah yang harus dibayar (untuk pemakai PDAM; tapi orang-orang yang bukan pemakai jasa PDAM pun tak ada salahnya memanfaatkan parameter ini). Dan panel-panel untuk parameter-parameter lain, yang semuanya bisa ditambahkan sesuai kebutuhan berdasarkan inovasi terbaru. Dengan semua ini, harapannya, kita akan mulai menyadari bahwa setiap tetes air itu berharga, dan kita akhirnya terdorong untuk menghemat pemakaiannya.
Kedua, di kendaraan bermotor. Tidak banyak yang akan saya lukiskan karena prinsipnya sama persis dengan alat yang dipasang di keran-keran air di rumah tersebut di atas, sebab, pada dasarnya, seperti sudah saya sebutkan, kedua alat ini sama. Yang perlu saya tambahkan mungkin adalah bahwa jika kendaraan berbahan bakar listrik (yang saat ini sedang ramai dibicarakan) nanti jadi juga dipasarkan dan sudah banyak digunakan, alat impian saya ini (kalau mau dipasang pada kendaraan listrik juga) harus dimodifikasi, jadi akan mirip metodenya dengan meteran listrik (cuma, mungkin bedanya, kalau meteran listrik yang kita kenal masih analog, alat impian saya itu digital).
Sebagai penutup, saya ingin mengingatkan, alat impian saya ini hanyalah contoh. Seyogyanya, alat serupa juga dapat diterapkan untuk berbagai bidang di segala tempat. Tapi lebih dari itu, saya juga ingin mengingatkan, teknologi apapun, termasuk teknologi digital, sekali lagi, adalah alat bantu kita, pembantu kita; tanpa diri kita sendiri insaf, berbalik dari pola hidup kita yang merusak untuk kemudian memeluk pola hidup yang konstruktif, teknologi digital secanggih apapun takkan memberi kebaikan dan perbaikan apa-apa bagi dunia, terutama bagi bangsa dan negeri kita.
2 komentar:
salam hangat dan sukses selalu.. :)
kreatif idenya nih ..
mampir juga ya gan kesini :
http://bahtiar52.mypressonline.com/2012/07/19/membuka-mata-indonesia-memandang-potensi-dunia-maya/
Posting Komentar