Sabtu, 20 November 2010

Salah Alamat

Anda pernah mengirim surat, uang, barang, atau apapun, tapi ternyata salah alamat? Dan itu mengakibatkan Anda rugi besar, bahkan berada dalam bahaya? Si Polan pernah. Begini ceritanya.

Suatu hari ia berniat mengirimi saudaranya, si Pandi, uang berikut beberapa barang yang cukup mahal. Maksudnya hendak membantu sang saudara yang kesusahan. Cuma, ada satu masalah. Polan tidak tahu di mana Pandi tinggal. Jadi ia menanyakannya pada saudaranya yang lain, si Ono, yang ia pikir tahu di mana Pandi tinggal. Alih-alih memberitahu, Ono malah menawarkan jasa untuk mengantarkan sendiri.

Jadilah akhirnya Polan menyerahkan urusan itu kepada Ono. Tapi, Polan tidak tahu, Ono itu orang jahat. Bukannya diantarkan ke Pandi, barang-barang dan uang itu ia bawa ke komplotannya untuk dihabiskan sendiri. Sedangkan terhadap Polan, Ono merancang tipuan lain. Ia menulis surat, pura-pura dari Pandi, berisi ucapan terimakasih atas kebaikan Polan, dibumbui sanjungan berlebihan memuji kekayaan Polan. Si Polan tentu saja merasa sangat tersanjung. Akibatnya, ia makin rajin mengirimkan uang dan barang. Makin banyak kirimannya, makin bombastis sanjungan “dari Pandi”. Dan kian mabuk Polan akan pujian, kian enteng pula “bantuan”nya mengalir.

Suatu hari, gembong geng Ono memutuskan, Polan harus segera “dibebaskan dari kekayaannya”. Artinya, para penjahat itu berniat menguras habis-habisan uang dan harta Polan dalam satu tindak perampokan. Malangnya, keberanian Polan tidak sebanding dengan kebijaksanaannya. Ia pasti akan melawan para perampok itu. Tapi mustahil ia sendirian berdaya menghadapi para residivis nekad berbadan besar yang jumlahnya puluhan itu.

Anda tahu, kita semua sebenarnya senasib dengan si Polan. Iblis telah sukses menipu orangtua pertama kita, Adam dan Hawa; dan ia terus melancarkan kebohongan yang sama pada kita.

Memangnya, apa sih tipuan Iblis? Iblis menipu kita dengan cara yang nyaris mirip dengan si Ono: menyampaikan alamat yang salah. Alamat apa? Alamat tujuan semua perbuatan kita. Coba tanyakan orang-orang, dan dirimu sendiri juga: beribadah, menjalankan perintah agama, berbuat baik, beramal sosial, melakukan kebiasaan baik; untuk apa atau untuk siapa itu semua? Jawabannya pasti berkisar hanya pada 2 kemungkinan: “untuk Tuhan”, atau “supaya kita sendiri juga mendapat kebaikan” alias “demi diri sendiri”. Jawaban nomor 2 jelas salah, karena itu bukti keegoisan, bukan kebaikan. Tapi kalau jawabannya nomor 1, “demi Tuhan”, pertanyaan selanjutnya adalah: Tuhan yang mana? Nah, di sinilah kita mulai kelihatan tolol seperti si Polan!

Iblis menanamkan dalam pikiran kita pendapat bahwa semua agama
menyembah Tuhan yang sama. Itu tidak benar! Hanya ada satu jalan yang benar untuk sampai kepada diri-Nya. Lagipula, bukankah kita melakukan amal-ibadah supaya kita hidup bahagia di dunia ini, dan, setelah mati, masuk sorga? Jadi, pada akhirnya, meski kita bilang “demi Tuhan”, sebenarnya ujung-ujungnya tetap “untuk diri sendiri”.

Kesimpulannya, semua tujuan kita itu sesat! Sama sekali kita melenceng dari Tuhan. Dan karena Tuhan itu kehidupan, menyeleweng dari-Nya berarti maut.

Lantas, apakah kita sudah tanpa harapan? Tidak! Tuhan begitu mengasihi manusia, tak rela kita binasa dan terus-terusan jadi korban Iblis. Sebenarnya, dosa adalah “salah sasaran” atau “salah alamat”. Kita akan selalu tersesat karena kita ini manusia berdosa. Kita takkan mampu mengubah sendiri hakekat diri kita. Hanya Pencipta kitalah yang bisa. Itulah yang telah dilakukan-Nya dalam diri Allah Putera yang menjadi manusia Yesus Kristus. Yesus Kristus-lah jalan yang benar menuju Allah yang benar. Dalam kematian-Nya di salib, Ia menebus kita dari ke“salah-alamat”an/dosa kita. Status-Nya sebagai manusia benar dikenakan-Nya kepada kita, dan status “salah sasaran” kita Ia kenakan pada diri-Nya sendiri, sehingga Dialah yang menanggung maut akibat dosa kita. Di atas salib juga Ia telah mengalahkan Iblis, maut, dan dosa. Kebangkitan-Nya kembali dari kematianlah buktinya.

Tidak mau lagi hidupmu “salah alamat”? Ingin amal-ibadah Anda sampai ke Sang Penerima yang benar? Tidak sudi lagi jadi korban penipuan, penjarahan dan pembinasaan Iblis? Bertobatlah dari dosa-dosamu, dan terimalah Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Penyelamat pribadimu! Katakanlah dalam doa kepada-Nya, “Tuhan Yesus, Engkaulah satu-satunya jalan yang benar kepada Allah. Ampuni dosa-dosaku dan selamatkanlah aku. Jadilah Tuhanku dan jadikan aku milik-Mu. Ajari aku menaati Firman-Mu dalam sisa hidupku ini, agar hidupku menyenangkan-Mu dan tidak lagi melakukan hal yang sesat, yang tidak tertuju pada diri-Mu. Demi nama-Mu. Amin.”

(Artikel ini dimuat dalam majalah triwulanan GII Hok Im Tong, Buletin Parousia, edisi ke-23, Agustus 2010, dalam rubrik "Jalan Keselamatan", dengan isi yang sudah diedit)

Tidak ada komentar: