Sabtu, 20 November 2010

Sumur Berlumpur

Tiga anak belasan tahun yang tengah bermain di sebuah tanah lapang menemukan sebuah lubang berukuran cukup besar. Mereka melongok ke dalamnya dibantu sinar dari senter yang dibawa salah satu anak. Dasarnya tidak kelihatan. Hanya terlihat air berwarna kehitaman di bawah sekali, dan lumut di dinding lubang.

“Rupanya ini sumur yang sudah tak terpakai,” kata seorang. Seorang temannya membalas, “Bagaimana kalau kita masuk ke situ? Menurut cerita, dalam sumur seperti ini banyak terdapat harta karun. Kita akan kaya-raya, bisa beli mainan mahal, makanan enak, pokoknya, tidak perlu lagi bersekolah dan bekerja!”

Usul itu berpengaruh pada teman-temannya. Satu per satu masuk. Ternyata sumur itu tidak dalam. Air juga hanya setinggi lutut. Mereka mulai merogoh-rogoh ke bawah, mencari apa yang bisa ditemukan.

Setelah beberapa jam belum menemukan apa-apa, mereka berhenti sejenak. Ada yang aneh! Tahu-tahu air sekarang sudah mencapai pinggang! Dan jarak ke mulut sumur pun bertambah jauh. Mereka juga sadar, yang mereka pijak ternyata lumpur. Dan lumpur itu perlahan terus mengisap mereka lebih dalam. Dengan panik, mereka berusaha memanjat. Namun sia-sia. Lumut dan lumpur membuat dinding sumur sangat licin. Mereka kian jauh terbenam. Semua berteriak-teriak minta tolong.

Tiba-tiba dari atas terdengar seruan, “Tenang! Aku akan menolong kalian!” Tak berapa lama, muncul seseorang dengan membawa beberapa utas tali tambang besar yang ujung satunya kelihatannya diikat di salah satu tempat di luar. Dalam setengah jam, semua anak berhasil dikeluarkan.

Seperti anak-anak itu, kita dengan sengaja menceburkan diri dalam sumur berbahaya yang bernama dosa. Tergoda oleh kenikmatannya, kita tidak memikirkan resikonya. Baru setelah tubuh dan roh kita terkotori lumpurnya, kita sadar telah terjebak. Kita berusaha “membersihkan” diri, namun sia-sia. Untuk keluar darinya pun tidak berdaya. Dan, cepat atau lambat, kita akan tenggelam dan mati dalam dosa-dosa kita.

Tak satu manusia pun dapat menyelamatkan dirinya sendiri dari dosa. Tapi harapan bukannya tidak ada. Pertolongan satu-satunya datang dari “atas”, dari Allah sendiri. Anak Allah turun ke dunia menjadi manusia Yesus Kristus untuk mengangkat manusia dari jebakan maut dosa. Dan Yesus bukan hanya mengangkat, melainkan juga membersihkan hati kita dengan melumuri dosa kita pada diri-Nya sendiri. Di atas salib, Ia mencurahkan darah-Nya untuk membersihkan hati nurani kita dan menanggung hukuman Allah yang seharusnya jatuh pada kita. Dan pada akhir zaman nanti, Ia akan datang untuk menjemput umat-Nya, dan memberikan tubuh yang baru, yang suci sama sekali dari dosa.

Apakah Anda menyadari keberdosaan Anda dan berputus-asa karena upaya Anda membersihkan diri melalui agama, ibadah, dan amal ternyata percuma? Terimalah Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadimu, dan berdoalah: “Tuhan Yesus, aku orang berdosa. Ampuni aku. Aku tidak mampu membebaskan diri dari dosa-dosaku. Aku menerima-Mu sebagai Tuhan dan Juruselamatku. Masuklah dan berkuasalah dalam hatiku, dan bersihkanlah terus dengan darah-Mu, agar aku suci seperti Engkau. Demi nama-Mu. Amin.”

(Artikel ini dimuat dalam majalah triwulanan GII Hok Im Tong, Buletin Parousia, edisi ke-22, Mei 2010, dalam rubrik "Jalan Keselamatan", dengan isi yang sudah diedit)

Tidak ada komentar: