Awalnya, kita mengenal
Liputan 6 sebagai programa berita di stasiun televisi swasta Surya Citra
Televisi (SCTV). Slogan yang diusungnya adalah "aktual, tajam, dan terpercaya".
Didukung penyiaran berita-berita dan pengangkatan
topik-topik/diskursus-diskursus yang dijaga agar tetap konsisten dengan slogan,
teknik peliputan dan pengambilan gambar yang profesional, serta tingginya
kualitas performa insan-insan jurnalis yang terlibat, khususnya yang duduk di
ujung tombak sebagai presenter sehingga dapat melahirkan presenter-presenter
berkelas, fenomenal, dan legendaris seperti Jeremy Teti dan Retno Pinasti,
programa ini dengan cepat diterima masyarakat luas di seluruh Indonesia dan
menjadi salah satu mata acara berita yang dinanti para pemirsa bukan hanya
karena penyajiannya yang menarik dan tidak membosankan melainkan juga karena dianggap
salah satu yang paling valid sehingga dapat dipercaya.
Seiring
berjalannya waktu dan berkembangnya teknologi dengan akselerasi yang kian tinggi,
Liputan 6 SCTV membuka pengejawantahannya dalam dunia maya, dan inilah yang
kini kita kenal sebagai Liputan6.com, situs portal berita online yang (memang sudah selayaknya) juga mengusung tagline "aktual, tajam, dan terpercaya".
Apakah Liputan6.com ini akan menjadi sehebat induk pengejawantahnya dari
perspektif jurnalistik maupun keberterimaan masyarakat? Nampaknya, tanda-tanda
ke arah itu sudah semakin terlihat.
Membicarakan dan
menilai media online semacam
Liputan6.com tentu agak berbeda dengan membicarakan dan menilai media-media bermatra
lain. Ada beberapa aspek yang unik dan berbeda. Saya membagi pembicaraan dan review tentang aspek-aspek Liputan6.com
ini ke dalam 6 (enam) golongan. Saya menyebut golongan-golongan itu "komposisi".
|
Tampilan halaman utama Liputan6.com tanggal 18 Juni 2013 |
Komposisi Pertama: Penampilan
Secara
keseluruhan, desain halaman Liputan6.com bagus dan menarik. Penggunaan
warna-warna dasar dan latar yang simpel adalah cukup cerdas. Sebab, judul-judul
berita terkini Liputan6.com seluruhnya ditampilkan
pada halaman depan/utama, dan semuanya menggunakan foto dan gambar pop-up berwarna. Itu sudah sangat atraktif,
sehingga memang tidak perlu lagi menerapkan permainan warna terlalu banyak pada
latar.
Selain judul-judul
berita terbaru, halaman depan juga menampilkan semua kategori berita terkini Liputan6.com, serta juga
kolom-kolom lain seperti foto dan video.
Dari segi
kemudahan pencarian, hal ini sangat baik. Pembaca dapat memilih "berita hari
ini" apa dan dari jenis apa yang ingin dibaca. Kekuatiran akan kelewatan berita
terkini pun tidak bakal timbul, mengingat semua judul berita terbaru
tanpa terkecuali sudah ditampilkan.
Akan tetapi, di
sisi lain, hal ini menjadikan situs halaman utama, dan barangkali juga
laman-laman postingannya, cukup berat saat dibuka oleh pembaca yang menggunakan
gadget berspesifikasi atau
berteknologi rendah dan/atau yang mengalami kendala koneksi internet terkait
lokasi dan/atau kualitas sinyal, dikarenakan kapasitasnya yang besar, yang
memang sudah menjadi konsekuensi dari besarnya halaman dan banyaknya item yang
dimuatkan. Kondisi ini cukup mengesalkan karena dirasa membuang-buang waktu dan
menguras emosi.
Komposisi Kedua: Sosialisasi
Seperti sudah
saya sebutkan di atas, berita-berita terkini
Liputan6.com terbagi dalam beberapa kategori. Kategori utama, sebagaimana
dapat kita lihat pada bar teratas halaman utama dan laman-laman postingan, ialah
News, Bisnis, Bola, Showbiz, Tekno, dan Health. Berikutnya, juga ada kategori
berita lain, misalnya Berita Terpopuler, Politik, Peristiwa, dan Internasional.
Dan di samping kategori-kategori berita, Liputan6.com juga memiliki kolom-kolom
khusus, contohnya Foto, Video, dan Citizen6. Citizen6 adalah kolom yang
disediakan khusus oleh Liputan6.com untuk jurnalis warga.
Jadi, kita dapat
dengan yakin menilai, situs Liputan6.com itu variatif. Tidak hanya berita yang
disajikan dan disusun tim reportase dan redaksi internal Liputan6.com saja,
kita juga bisa membaca berita-berita yang disampaikan masyarakat umum, dan
bahkan kita sendiripun dapat ikut berpartisipasi menyumbangkan informasi
sebagai koresponden. Berita-beritanya pun tidak melulu dikemas dalam rupa teks,
tetapi juga dikombinasikan dengan foto dan bahkan juga dengan video. Kita juga
bisa memilih berita menurut jenis topik yang kita inginkan, apakah yang
memberitakan beragam kejadian di dalam negeri, atau yang mengulas dunia usaha,
atau yang membahas teknologi termutakhir, atau yang mengangkat tema kesehatan,
atau yang menganalisis olahraga dan khususnya sepakbola, atau yang mengulik
hal-hal seputar dunia hiburan, atau yang mengupas permasalahan politik, atau
juga yang menginformasikan peristiwa-peristiwa yang terjadi di mancanegara.
Hal ini membuat
Liputan6.com luas secara aksesibilitas. Bisa dibilang, semua kalangan dapat
menikmati dan memperoleh manfaat dari berita-berita
terkini Liputan6.com. Dan pada saat bersamaan, semua orang berkesempatan
pula untuk turut berkontribusi sebagai jurnalis warga.
Komposisi Ketiga: Bahasa
Kini, dan untuk
berikutnya, saya akan masuk ke ranah konten. Adapun "Bahasa" di sini tentu saja
bukan mempersoalkan bahasa apa yang dipakai dalam Liputan6.com, sebab semua
orang juga sudah tahu kalau bahasa Indonesia-lah itu. Yang saya maksudkan
adalah penggunaannya, apakah sudah baik dan benar.
Saya mendapati
beberapa penulisan yang kurang sesuai dengan ejaan yang disempurnakan (EYD) dan
kurang memenuhi syarat struktur kalimat yang benar.
Penggunaan huruf
kapital masih banyak yang keliru. Sebagai contoh, seharusnya kata "presiden"
hanya diawali dengan huruf besar apabila dipakai sebagai sebutan (misalnya: "Bapak Presiden, adalah sebuah kehormatan bagi kami menerima kunjungan Bapak."),
sebagai gelar jabatan yang diikuti nama institusinya (seperti: "Jenderal Soeharto
secara resmi dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia pada tahun 1967."),
atau dirangkai dengan nama orang (umpamanya: "Hari ini, Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono melakukan kunjungan kenegaraan ke Singapura."); namun tidak bilamana
hanya dipakai sebagai kata benda (contohnya: "Saya bercita-cita menjadi
presiden suatu saat nanti."). Akan tetapi, pada beberapa berita, saya menemukan
kesalahan-kesalahan semacam itu. Ada kata yang huruf pertamanya ditulis dengan
huruf kapital, padahal semestinya huruf kecil, tapi ada juga kesalahan yang
sebaliknya.
Secara struktur
kalimat, beberapa berita juga mengandung kesalahan-kesalahan. Misalnya,
perhatikan kalimat ini: "Di Monas
juga menyelenggarakan acara
hiburan untuk rakyat." (penekanan oleh saya). Dengan memakai kata depan "di",
berarti "Monas" berposisi sebagai keterangan tempat; kalau begitu, pertanyaannya:
siapa yang "menyelenggarakan acara
hiburan untuk rakyat", berhubung kalimat tersebut tidak mempunyai subjek?
Alangkah baiknya jikalau kalimat tersebut bunyinya seperti ini: "Di Monas, Pemprov DKI juga menyelenggarakan
acara hiburan untuk rakyat." ("Pemprov DKI" sebagai subjek, berarti Pemprov
DKI-lah yang menyelenggarakan); atau: "Monas juga menyelenggarakan acara
hiburan untuk rakyat." (tanpa kata depan "di" sebelum "Monas", jadi, "Monas"
adalah subjek, sehingga berarti Monas-lah yang menyelenggarakan); atau bisa
juga: "Di Monas juga diselenggarakan
acara hiburan untuk rakyat." (tanpa subjek, tidak menjadi masalah)!
Saya bukannya
ingin mencari-cari kesalahan ataupun mempermasalahkan hal-hal sepele. Cuma,
Liputan6.com ini adalah situs berita, situs jurnalistik. Yang ternama, pula!
Menurut saya, media massa dan dunia jurnalisme turut memikul tanggung jawab
untuk menyebarluaskan keharusan dan pentingnya penggunaan bahasa Indonesia
secara baik dan benar, serta juga mendidik masyarakat dalam hal itu. Karena
itu, konsekuensinya, Liputan6.com mesti amat sangat memperhatikan sekali ejaan,
gramatika, dan struktur bahasa Indonesia dalam penggunaan secara tertulis.
Komposisi Keempat: Wawasan
Selaku portal
berita, adalah wajar bilamana Liputan6.com berfokus pada pemberitaan. Dan
memang adalah tugas pers, tak terkecuali pers online seperti Liputan6.com, untuk menyebarluaskan informasi
penting kepada masyarakat.
Namun, juga sama
pentingnya bagi pers untuk tidak hanya menyebarluaskan informasi dalam bentuk
reportase semata-mata melainkan juga dalam bentuk opini-disposisi, eksposisi,
deskripsi, bahkan juga narasi. Ini sudah lumrah dilakukan pers cetak selama
bertahun-tahun, barangkali sejak lahirnya pers dan jurnalisme itu sendiri.
Maksudnya, pers-pers cetak seperti suratkabar dan majalah secara rutin
memberikan ruang spesial untuk hal-hal selain berita yang bersifat reportase.
Hal-hal semacam disposisi seorang tokoh tentang wacana hukum, opini siapapun
dari kalangan warga masyarakat yang hendak menyuarakan aspirasinya dalam hal
hak asasi, pemaparan kondisi dan keindahan serta kehidupan masyarakat suatu tempat
di Indonesia yang belum banyak tergali semisal kawasan selatan Jawa Barat, eksposisi
tentang Wawasan Nusantara atau Empat Pilar Kebangsaan, serta bahkan juga cerpen
atau puisi dan esai sastra, itulah yang umum diwadahi media-media cetak. Namun,
bukan berarti tidak ada media elektronik audio-visual yang menyediakan ruang
untuk genre-genre berita serupa. Banyak, malah! Kita sudah biasa menyaksikan
acara-acara debat, wawancara, dan talkshow
di sejumlah stasiun televisi dan radio, yang mencakup opini, disposisi, dan
eksposisi soal politik, ekonomi, dan lain sebagainya. Bahkan film, sinetron,
drama (baik di televisi maupun drama radio), dan musik termasuk merupakan
mata-mata acara yang paling diminati pemirsa televisi dan radio.
Jadi,
pertanyaannya, mengapa portal berita online
tidak memberi ruang yang sama untuk rubrik-rubrik sejenis? Mungkin
argumentasinya ada 2 (dua). Pertama, medium yang digunakan merupakan internet,
bukan medium cetak. Kedua, portal ini adalah portal berita, jadi beranalogi
dengan programa-programa berita televisi seperti Liputan 6 SCTV. Akan tetapi,
kedua argumen tersebut sangat lemah. Kita dapat dengan mudah mematahkannya
dengan argumentasi lain. Pertama, tidak menjadi masalah medium apa yang
digunakan; yang penting, karakteristik media online bukan hanya sama dan mirip, tetapi malah mencakup baik
karakteristik media cetak maupun media elektronik. Karakteristik itu adalah gambar
tak bergerak dan teks (sebagaimana media cetak), serta audio-visual
(sebagaimana media elektronik). Ini disebabkan sifat media berbasis internet
yang merupakan multimedia, artinya
media dengan multidimensi dan multikarakteristik.
Lagipula,
bukankah programa berita televisi seperti Liputan 6 SCTV pun bahkan menyiarkan
pula wawancara dengan seorang pakar, liputan tempat makan dan menu kuliner di
suatu daerah, ulasan tentang potensi alam dan kebudayaan masyakat di suatu
daerah? Apalagi Liputan6.com, yang merupakan portal berita yang menggunakan
multimedia. Layak bila Liputan6.com juga memberi beberapa ruang untuk rubrik-rubrik
tersebut: ya yang memuat opini atau disposisi atau eksposisi pakar dan
orang-orang lain yang concern
terhadap suatu masalah dan wacana, ya yang memuat deskripsi keindahan alam
sesuatu daerah berikut kearifan lokalnya juga, ya yang memuat puisi dan cerpen
warga masyarakat, ya yang memuat video musik kreatif warga masyarakat.
Dan semuanya itu
seharusnya tidak dikemas dalam bentuk reportase. Sebab, yang saya maksud itu bukanlah
tulisan-tulisan yang selama ini ada di portal berita online, termasuk
Liputan6.com, yang memang memberitakan pendapat seorang tokoh namun dikemasnya
tetap saja dalam bentuk paket reportase. Tidak, tidak seperti itu!
Tulisan-tulisan dalam rubrik khusus itu tidak boleh disajikan dalam wadah
reportase, tapi harus dalam wadah aslinya: opini ya dalam wadah opini murni,
puisi sya dalam bentuk puisi, cerpen ya dalam bentuk cerpen, deskripsi ya dalam
wadah deskripsi, dan seterusnya. Sekali lagi, bukan disampaikan sebagai berita.
Fasilitasi saja wadah dan ruangnya.
Sekiranya ini dilakukan,
Liputan6.com akan makin menambah wawasan, baik masyarakat maupun dirinya
sendiri.
Komposisi Kelima: Integritas
Akhir-akhir ini,
beredar kecurigaan dan sikap skeptis di kalangan masyarakat yang mempertanyakan "kesucian" pers atau media. Keterlibatan sejumlah petinggi puncak dan pemilik
perusahaan dan konsorsium/grup perusahaan media massa dalam dunia politik kian
membuat orang bertanya-tanya, adakah media tetap netral, dalam arti: hanya dan
semata-mata berpihak pada kebenaran belaka. Apakah pers tertentu sudah "terkontaminasi"
kepentingan tertentu dan berpihak pada pihak tertentu? Apakah pemberitaan
sebuah atau beberapa media sudah condong membela kelompok atau orang tertentu
dan sebaliknya, mendiskreditkan kelompok atau pribadi lainnya?
Tendensi masyakat
ini sah. Dan justru sehat, sebetulnya! Karena, dengan demikian, kontrol
sekaligus cinta masyarakat terhadap pers masih tinggi. Masyarakat masih amat
sangat mengandalkan media massa untuk mampu menjadi benteng kebenaran dan pilar
demokrasi terakhir, setelah makin memudarnya kepercayaan masyarakat pada
institusi-institusi penyelenggara negara dan pemerintahan, yaitu eksekutif,
representatif-legislatif, yudikatif, kepolisian, dan militer. Dan bahkan,
akhir-akhir ini, juga pada lembaga akademis, seiring semakin jauhnya perilaku
para akademisi, teristimewa mahasiswa, dari standar keterpercayaan dan
keteladanan, yang dapat disaksikan contoh konkretnya dalam hal maraknya tawuran
dan tindakan demo anarkis mahasiswa.
Untuk itu, saya,
dan saya yakin pasti semua pemirsa juga, mengimbau dan amat berharap,
Liputan6.com senantiasa menjaga reliabilitasnya. Tidak sulit bagi kami untuk
menilai apakah suatu media massa masih "suci" ataukah telah "tercemar".
Pemberitaan yang tidak berpihak kepada apapun selain kebenaran adalah
pemberitaan pers sejati. Bahkan, kepada rakyat sekalipun pers tidak boleh
berpihak! Sebab, sangat mungkin rakyatlah yang ada di pihak bersalah. Misalnya,
pemerintah sudah benar, merancang suatu program yang adil dan bermaslahat,
namun terkendala justru oleh penolakan dari rakyat sendiri yang tidak tahu
diri, tidak mau didisiplin, tidak mau diatur, mau enaknya saja tapi tidak mau
dididik dan tidak sudi mempedulikan kepentingan orang lain. Nah, kalau itu yang
terjadi, sangat besar probabilitas bagi munculnya bentrokan antara pemerintah
dengan rakyat tersebut, baik secara verbal maupun fisik. Ujian bagi pers,
termasuk dan teristimewa Liputan6.com: bagaimana memberitakannya?
Komposisi Keenam: Jatidiri
Ada 2 (dua) cara
kita bisa mengenal suatu keberadaan (being),
apapun itu, apakah itu sesama manusia, hewan, tumbuhan, materi, institusi,
ataukah keberadaan-keberadaan lain. Pertama, dari penjelasan dan pemaparan
keberadaan itu sendiri tentang dirinya. Kedua, dari observasi dan investigasi kita
sendiri. Sangat jarang sekali kita mengandalkan cuma salah satu cara saja. Kita
hampir pasti selalu menggunakan kedua-duanya. Dan, berkenaan dengan cara yang
kedua, observasi dan investigasi kita akan orang atau keberadaan lain
berpatokan pada kelima komposisi di atas. Pertama-tama, kita mengamati dan
menilai penampilannya: elokkah atau "nggak banget", terawat secara telatenkah
atau "cuek-bebek binti acak-acakan". Kemudian, kita mengamati dan menilai cara
keberadaan itu "bersosialisasi", dengan kata lain: bagaimana dia membaur dengan
dan di antara lingkungannya, bagaimana dia berusaha agar diterima di segala
lingkungan. Lalu, kita mengamati dan menilai juga "bahasa"-nya, yakni
pembawaan, tutur kata, sikap, dan perilakunya, apakah teratur atau sembrono,
apakah tertata atau berantakan, apakah logis atau ngawur. Selanjutnya, kita mengamati
dan menilai pula wawasannya, dalam arti kesanggupannya menangani dan meresponi
pembicaraan atau hal lain apapun, apakah banyak ataukah sedikit yang sanggup ia
tangani dan responi. Dan, terakhir, kita pun mengamati dan menilai integritas
keseluruhan diri sang keberadaan untuk menilai layak-tidaknya kita mempercayai
dan mengandalkannya.
Liputan6.com
mengusung slogan "aktual, tajam, dan terpercaya". Itulah klaim situs berita online ini tentang jatidirinya. Sekarang,
pertanyaannya, apakah masyarakat menilai slogan klaim identitas itu selaras
dengan penilaian masyarakat sendiri, apakah slogan tersebut konsisten dengan
realitas, dan, jika jawaban atas keduanya adalah "tidak" atau "bisa ya, bisa
tidak: meragukan", apakah masyarakat masih mau memberi kesempatan kedua dan
apakah Liputan6.com mau berkomitmen untuk memperbaiki diri?
Bagaimana menurut
saya sendiri? Saya akan menilai satu persatu frasenya.
Aktual? Saya
sepakat seratus persen! Dari segi penampilan, kita sudah melihat di atas, dalam
komposisi pertama dan kedua yang saya beberkan. Sedangkan dari segi konten, tidak
usah diragukan lagi, Liputan6.com memang menyajikan apapun berita terbaru,
tidak pernah berita basi yang disuguhkan. Berita
terkini Liputan6.com saya pandang sebagai salah satu yang dapat saya
andalkan dari segi keterbaruan.
Tajam? Terus
terang, 95 : 5! Pasalnya, saya masih sedikit (memang sedikit sekali sih, cuma
5% kadarnya, tapi sama sekali tidak boleh diabaikan!) mendapati kegamangan
dalam satu-dua berita "hari ini"-nya Liputan6.com. Kesan yang saya
terima, berita bersangkutan belum benar-benar dibersihkan dari “kabut” yang
menyelimutinya. Bukan berarti berita tersebut masih belum usai karena kasusnya
sedang berjalan dan masih dalam penyelidikan, sementara data-datapun belum
semuanya terhimpun; yang saya maksud, dari data-data yang sudah berhasil
dikumpulkan tim Liputan6.com, ada satu-dua data yang disampaikan dengan cara
yang terkesan lebih "sepintas lalu" ketimbang data-data lainnya. Saya tahu
betul, ini subjektif sekali. Amat sangat mungkin itu hanya anggapan saya saja.
Namun, bagaimanapun, betapa bijaknya apabila Liputan6.com menanggapi kesan saya
itu dengan cukup serius. Maksud saya, kesan saya itu bisa dipertimbangkan
sebagai peringatan untuk mawas diri dan berintrospeksi. Soalnya, biar bagaimana
juga, walaupun hingga sekarang Liputan6.com tetap tajam dan terasah, tapi tidak
ada yang abadi, jadi sangat gampang ketajaman itu menjadi tumpul secara alami
atau ditumpulkan secara sengaja.
Terpercaya? 80 –
20! "Kabut" di atas dan banyaknya kekeliruan penulisan dari segi bahasa, mau
tak mau, membuat saya tetap menunggu. Menunggu tanda-tanda objektivitas murni
dan netralitas Liputan6.com pada ulasan-ulasan berita terkini
berikut-berikutnya. Menunggu tanda-tanda koreksi Liputan6.com terhadap penulisan
berita-berita terbarunya. Karena, bagi saya, jika kita masih belum
sungguh-sungguh korek dalam berbahasa, bagaimana kita bisa berkata bahwa informasi
yang kita sampaikan lewat bahasa itu korek, dan bagaimana kita dapat
mengharapkan informasi yang kurang korek itu dapat dipahami sebagaimana
seharusnya oleh pemirsa kita? Bahasa pembicaraan dan penyampaian kita harus terlebih
dahulu handal sebelum isi pembicaraan kita dan apa yang kita sampaikan dapat dipercaya.
Kalau tanda-tanda itu bisa terus-menerus terlihat jelas secara konsisten dalam
semua berita terkini Liputan6.com untuk
kurun waktu paling sedikit setahun ke depan, otomatis kadar keterpercayaan
Liputan6.com di mata saya akan meningkat dengan sendirinya. Ini bukan tuduhan.
Sama sekali bukan! Saya sama sekali tidak menuduh Liputan6.com telah tersusupi
pihak-pihak dengan agenda-agenda tertentu. Hanya saja, melalui liputan terhadap
6 (enam) komposisi dari Liputan6.com ini, saya benar-benar percaya, pers yang
benar-benar dapat diandalkan dan dipercaya oleh semua pihak untuk menegakkan
kebenaran dan demokrasi itu ada, dan semua media massa (bukan hanya satu-dua
media tertentu saja) punya kesanggupan untuk menjadi pers yang demikian, kalau mau
dan berkomitmen kuat. Terlebih lagi, saya percaya, Liputan6.com, media yang
dapat diakses dengan bebas oleh siapa saja di seluruh Indonesia, bahkan di
seluruh dunia, secara tanpa batas ini, mampu membuktikan dirinya betul-betul
100% "terpercaya"!