Mengapa kau tak kunjung sadar?
Tuaian atas semua dosa pemimpin
Juga rakyat
Kini sudah bernas benar!
Mau sampai berapa kali kau digoncang
Atau dilanda nestapa
Hingga terkapar?
Kau,
Yang memelihara dalam ribaanmu
Segala tamak dan dengki?
Lihatlah, Indonesia,
Pandanglah!
Tidakkah rintih-jerit anak-anakmu
Menginsafkan sukmamu?
Tak tergugahkah kesombonganmu
Untuk meluruh
Demi barang sekejap saja
Tawa sukacita isi rumahmu?
Ranah Minang terkoyak sampai lantah
Menyusul Pasundan nan masih gemetar
Terguncang
Karena kedahsyatan bumi yang tergetar
Memorandakan mereka.
Masih hendak menunggu area lainmu
Tercurah bak darah mereka?
Namun tidak 'kan henti kulimpahkan harap padamu
Demi perubahan batin mendalam
Dalam kedalaman sanubarimu;
Oh, Nusantara.........
Pohonkanlah ampun,
Pekikkanlah sesal,
Tekadkanlah pertobatan,
Terimalah penebusan
Semua kepada dan dari Pencipta
Dan Juruselamatmu!
Tidakkah kau iri pada tetangga-tetanggamu
Yang kian gencar mengejekmu,
Memperolok nista hidupmu
Serta manusia-manusiamu?
Masih mau terus kaubiarkan
Mereka menertawakan sembari menjarahimu?
Aku,
Mereka,
Yang bernaung dalam pembaringanmu
Tak rela kita terus didera semua!
Bangkitlah bersamaku, wahai negeri!
Bukan kepongahan beserta ketololan
Seperti selama ini,
Tapi harkat berikut karakter utuh;
Bangkitkanlah itu!
Segera kita hapus bersama
Air mata;
Cepat kita enyahkan
Celaka duka masa lalu
Dengan semua noda dan dosa kita!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar